
mobilinanews (Jakarta) – Skandal korupsi di tubuh Pertamina terkait BBM oplosan membawa dampak besar bagi bisnis Pertashop. Penjualan Pertamax yang menjadi andalan Pertashop kini merosot tajam hingga 50 persen setelah Kejaksaan Agung (Kejagung) mengungkap praktik pengoplosan BBM ini. Banyak konsumen yang kehilangan kepercayaan terhadap produk Pertamina dan beralih ke alternatif lain.
Ketua Umum Himpunan Pertashop Merah Putih Indonesia (HPMPI), Steven, menyatakan bahwa keluhan tentang menurunnya penjualan Pertamax datang dari berbagai daerah di Indonesia, termasuk Bengkulu.
"Hampir di seluruh Indonesia, termasuk Bengkulu, anggota kita mengeluhkan kurangnya pembeli pada jenis bahan bakar Pertamax. Sejak kasus ini mencuat, masyarakat mulai beralih ke bahan bakar lain," ujar Steven dalam pesan tertulis yang diterima media.
Menurutnya, jika kondisi ini terus berlanjut, banyak Pertashop yang terancam gulung tikar. Ia pun telah melakukan inspeksi langsung ke Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Pulau Baai, Bengkulu, yang dikelola oleh Pertamina, guna memastikan kualitas produk yang disalurkan tetap sesuai standar.
Namun, citra Pertamax yang sudah tercoreng akibat skandal ini tampaknya membuat konsumen ragu untuk kembali membeli.
Kasus ini memicu kekecewaan besar di kalangan masyarakat. Imamsyah, seorang warga Bengkulu, menyatakan bahwa kasus korupsi yang melibatkan pengoplosan Pertamax dengan Pertalite ini sangat melukai hati rakyat.
"Rasanya ingin kasih pelajaran berhenti menggunakan produk-produk Pertamina, tapi di Bengkulu tidak ada SPBU lain selain Pertamina," ujarnya dengan nada kecewa.
Banyak pelanggan menyatakan bahwa jika ada alternatif SPBU selain Pertamina di daerah mereka, mereka akan segera beralih.
Sementara Pertashop mengalami keterpurukan, SPBU swasta seperti Shell, BP, dan Vivo justru mengalami lonjakan penjualan.
Pemilik SPBU Shell di Tuban, Syahid (78), mengungkapkan bahwa penjualan BBM di tempatnya naik dua kali lipat setelah isu BBM oplosan mencuat.
"Biasanya dalam sehari kami menjual sekitar 1.000 liter BBM. Sekarang, dengan adanya isu ini, penjualan naik 100 persen menjadi 2.000 liter per hari," jelas Syahid.
Bahkan, konsumen yang datang tidak hanya dari sekitar Tuban, tetapi juga dari kecamatan-kecamatan lain yang sebelumnya jarang mengisi di SPBU Shell.
Menariknya, di tengah meningkatnya minat masyarakat terhadap BBM non-Pertamina, beberapa SPBU swasta juga mulai bersaing dalam harga. Berikut adalah daftar harga terbaru BBM di SPBU Shell, BP, dan Vivo per Februari 2025:
Kasus pengoplosan BBM ini bukan hanya merugikan bisnis Pertashop dan kepercayaan publik terhadap Pertamina, tetapi juga membawa dampak besar bagi keuangan negara. Diperkirakan, kerugian akibat pengoplosan ini mencapai Rp 21 triliun hanya dalam subsidi BBM tahun 2023. Jika dihitung secara keseluruhan sejak 2018 hingga 2023, total kerugian negara bisa mencapai Rp 968,5 triliun.
Untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat, Pertamina harus melakukan perbaikan besar-besaran, termasuk transparansi dalam distribusi BBM serta memastikan tidak ada lagi praktik curang dalam prosesnya.
Masyarakat pun berharap adanya lebih banyak pilihan SPBU non-Pertamina, terutama di daerah-daerah yang selama ini hanya mengandalkan BBM dari perusahaan plat merah tersebut. Dengan semakin banyaknya alternatif, konsumen dapat memilih BBM yang lebih berkualitas dengan harga yang kompetitif.
Kesimpulan: Skandal ini menjadi titik balik bagi konsumen untuk lebih selektif dalam memilih BBM. Jika Pertamina gagal mengembalikan kepercayaan publik, maka SPBU swasta bisa semakin mendominasi pasar BBM di Indonesia.