mobilinanews (Inggris) - FIA dan Liberty Media mulai keluarkan draft batas maksimal gaji pembalap. Belum ditetapkan secara resmi namun bocorannya sudah beredar di media dengan angka maksimal 30 juta dolar AS per tahun untuk sebuah tim. Siapa saja yang keberatan?
Sejak tahun lalu isu pembatasan gaji pembalap sudah beredar dengan tujuan meringankan beban anggaran tim. Pasalnya, batas anggaran (budget cap) tim F1 sendiri sudah diturunkan dari 175 menjadi 145 juta USD pada 2021 dan selanjutnya turun bertahap sampai batas 135 juta USD pada 2023-2025.
Mulai musim 2023 nanti, draft aturan yang dibuat FIA dan Liberty Media sebagai operator F1 itu disebut batas maksimal gaji pembalap adalah 30 juta USD atau sekitar Rp 430 miliar per tahun. Itu pun untuk semua pembalap, termasuk pembalap cadangan atau test driver. Itu semua di luar bonus dan hak komersial lainnya.
Tentu saja dampak besarnya menghantam para pembalap bergaji super macam Lewis Hamilton yang dibayar 45 juta USD per tahun oleh tim Mercedes. Mengacu pada aturan baru dan jika ia masih balapan pada musim 2023, maka pagu anggaran yang dimiliki tim tak lagi cukup untuknya sendiri.
Tadinya pembalap lain yang melebihi batas itu adalah Sebastian Vettel yang dibayar Ferrari sebesar 36 juta USD/tahun, diikuti Max Verstappen (Red Bull) dengan angka 39 juta USD.
Untungnya Vettel sudah pindah ke tim Aston Martin dengan gaji baru yang turun drastis yang dikabarkan jadi 8 juta Euro atau sekitar 11 juta USD per tahun. Sedangkan gaji Verstappen bertahan hingga akhir musim 2022.
Sejak kali pertama wacana ini menggelinding, Hamilton adalah pembalap pertama yang tidak setuju. Alasannya, F1 adalah ajang olahraga yang bergelimang uang besar dan kebesaran olahraga ini slah satunya karena peran pembalap dengan sejumlah resikonya.
Jadi, wajar saja pembalap F1 digaji besar-besaran sebagaimana atlet lain di cabang olahraga basket, tenis, golf dan sepakbola.
"Pembatasan ini justru nantinya menurunkan minat dan motivasi anak-anak menjadi pembalap hebat," ujar Hamilton dalam sebuah pernyataan tahun lalu.
Sekarang angka baru siap ditetapkan mulai 2023 dengan batas 30 juta USD per tim. Jelas tak cukup untuk membayar duet Hamilton dan Valtteri Bottas yang tahun ini saja memakan total anggaran 52,8 juta USD.
Rencana tersebut tentu juga mempengaruhi para pembalap muda berkelas yang beredar musim ini, yang juga bercita-cita meraih gaji seperti Hamilton dalam beberapa tahun ke depan. Charles Leclerc (Ferrari) yang masih berusia 23 tahun, misalnya. Ia jelas tak setuju dengan perubahan itu.
"Saya punya pendapat tersendiri tentang masalah ini, tapi saya lebih suka membicarakannya langsung dengan FIA daripada di depan umum. Intinya adalah resiko yang kami ambil di lintasan," kata Leclerc lewat media Italia, Corriere della Sera.
Leclerc digaji Ferrari sebesar 14,4 juta USD. Rekan setimnya, Carlos Sainz, mendapat imbalan 11 juta USD. Nah, dengan aturan baru nantinya Leclerc jelas tak bisa melamapui gaji Verstappen, apalagi mengejar rekor Hamilton. (rnp)