
mobilinanews (Prancis) - Kini Marc Marquez adalah Raja di tim pabrikan meski baru gabung beberapa bulan. Francesco Bagnaia yang bikin rekor dua gelar dunia bersama Ducati, turun takhta jadi Pangeran.
Itu perumpamaan untuk menggambarkan bagaimana kini Marquez menjadi joki utama Ducati. Tak hanya menang di lintasan, Marquez juga ternyata lebih banyak memberi masukan teknis dan membantu Ducati mengembangkan motor.
Itu salah satu bentuk kelemahan Bagnaia di mata Direktur Ducati Davide Tardozzi.
"Pecco punya keluhan pada motornya tetapi tak cukup bagus untuk membantu teknisi menentukan solusinya. Ia juga kurang agresif di lintasan," kritik Tardozzi.
Bagnaia pun akhirnya mengakui kemampuan Marquez beradaptasi dengan Ducati Desmosedici GP25 dan memberi masukan tepat yang sesuai dengan gaya balapnya.
"Ia lompat dari GP23 langsung ke versi GP25. Tanpa pengalaman balap dengan GP24. Saya sendiri masih punya beberapa masalah dengan GP25. Saya pikir kalau balapan dengan traktor pun ia akan kencang dan saya tidak," kata Bagnaia dikutip dari GPone untuk menggambarkan betapa cepat dan tepat Marquez mengenali motornya dan memberi masukan teknis.
Bagnaia mengaku Ducati membantunya untuk mengatasi masalahnya. Tapi, karena riding style yang berbeda maka part yang bagus untuk Marquez tak selalu juga bagus buatnya.
"GP25 sangat kencang dan Marc membuktikannya. Berarti saya yang harus berubah, mengganti cara baru untuk kembali mendapatkan kepercayaan diri di atas motor."
Ia yakin begitu kepercayaan dirinya kembali seperti musim sebelumnya maka kecepatannya pun membaik.
Marquez mengaku prihatin dengan kendala yang dihadapi team mate-nya itu, terlebih nasib sial Bagnaia yang sama sekali tak meraih poin di GP Prancis lalu. Tanpa bermaksud menyalahkan Bagnaia, Marquez mengungkap rahasia kalau ia dan Bagnaia memang berbeda cara pendekatan teknis kepada motor mereka. Tentu karena cara mereka balapan juga berbeda.
Salah satu contohnya adalah sasis GP25 yang sejak tes pra musim sudah dikoreksi Marquez. Setelah membandingkannya dengan sasis GP24, juara dunia 6 kali itu meminta Ducati untuk pakai sasis 24 tetapi dengan sedikit modifikasi yang menurut Marquez akan menjadi lebih bagus.
"Saya membangun sasis saya sendiri. Sebaliknya dengan Pecco. Ia lebih memilih yang lama," tutur MM93 lewat media paddockgp.
Faktanya kemudian, masukan teknis dari Marquez terbukti makin kencang dan itulah yang jadi patokan Ducati.
Ini mirip dengan masa Marquez bersama Repsol Honda. Masukannya menjadi panduan teknis para insinyur Honda untuk mengembangkan RC213V dan karena itu muncul pendapat kalau motor Honda saat itu hanya cocok buat Marquez.
Sekarang setelah 6 grand prix berlangsung, dari 3 GP25 yang mengaspal, hanya motor Marquez yang berjaya.
Ia memimpin klasemen dengan total poin 171. Bagnaia dengan poin 120 berada di peringkat 3, kalah 29 angka dari Alex Marquez (Gresini Ducati). Sedangkan joki GP25 satunya, Fabio Di Giannantonio, berada di P5 dengan tabungan angka baru 72.
Karena itu benar kata Bagnaia, yang harus ia lakukan adalah pendekatan yang harus berbeda. Tak lagi banyak bernostalgia dengan GP24 yang tahun lalu memberinya 11 kemenangan, meski saat ini motor tersebut masih kencang di tangan Alex Marquez. (r)