Diskon Tarif Tol Juni–Juli 2025 Segera Tiba, Pemerintah Siapkan Stimulus untuk 110 Juta Pengguna Jalan

Sabtu, 31/05/2025 10:10 WIB | Ade Nugroho
Diskon Tarif Tol Juni–Juli 2025 Segera Tiba, Pemerintah Siapkan Stimulus untuk 110 Juta Pengguna Jalan
Diskon Tarif Tol Juni–Juli 2025 Segera Tiba, Pemerintah Siapkan Stimulus untuk 110 Juta Pengguna Jalan

mobilinanews (Jakarta) -  Kabar gembira bagi para pengguna kendaraan bermotor di Indonesia. Pemerintah melalui sejumlah kementerian terkait tengah merancang diskon tarif tol nasional yang akan diberlakukan sepanjang Juni hingga Juli 2025. Kebijakan ini diprediksi menyasar sekitar 110 juta pengguna jalan tol, seiring dengan meningkatnya mobilitas masyarakat selama periode libur sekolah dan Idul Adha.

Diskon tarif ini tidak berdiri sendiri. Ia menjadi bagian dari paket stimulus ekonomi nasional yang lebih luas. Pemerintah berharap, langkah ini bisa menjadi pemicu pertumbuhan ekonomi di kuartal kedua 2025. Apalagi, konsumsi rumah tangga terbukti masih menjadi motor utama penggerak pertumbuhan domestik.

Dorong Konsumsi lewat Mobilitas

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan bahwa stimulus ini dimaksudkan untuk menggenjot konsumsi masyarakat. Dengan mengurangi biaya perjalanan lewat diskon tarif tol, diharapkan masyarakat terdorong untuk melakukan lebih banyak perjalanan, baik untuk keperluan liburan, mudik lokal, maupun kegiatan ekonomi lainnya.

“Stimulus ini diharapkan bisa mendorong pertumbuhan ekonomi di kuartal dua. Jadi momentum ini kita manfaatkan untuk membuat beberapa program yang bisa mendorong konsumsi,” ujar Airlangga di Jakarta, Sabtu 24 Mei 2025.

Program ini akan diluncurkan bersamaan dengan kebijakan lainnya, termasuk perluasan bantuan sosial, subsidi upah, serta insentif bagi sektor-sektor padat karya.

Diskusi Intensif dengan Operator Tol

Rencana diskon tarif tol ini kini tengah dibahas lebih lanjut oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Menteri PU Dody Hanggodo mengatakan bahwa pihaknya melalui Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) telah menjadwalkan diskusi dengan semua operator jalan tol atau BUJT (Badan Usaha Jalan Tol).

“Diskusi awal sudah berjalan. Targetnya adalah memberikan potongan tarif yang minimal setara dengan potongan saat periode Lebaran lalu,” kata Dody, Senin 26 Mei 2025.

Pada periode Lebaran 2025, beberapa ruas tol memberikan diskon tarif hingga 20 persen. Jika skema serupa diterapkan kembali, maka bukan tidak mungkin penghematan besar bisa dirasakan oleh jutaan pengguna, khususnya yang melakukan perjalanan antarkota.

Diskon ini kemungkinan besar akan diberlakukan secara selektif di ruas-ruas tol dengan volume lalu lintas tinggi, seperti Tol Trans Jawa, Jakarta–Cikampek, Cipali, serta beberapa ruas di Sumatera dan Kalimantan.

Tidak Sekadar Tol, Stimulus Datang dari Berbagai Arah

Kebijakan diskon tarif tol hanyalah satu dari enam stimulus ekonomi yang sedang digodok pemerintah untuk mengangkat daya beli masyarakat. Lima lainnya menyasar kelompok rumah tangga berpendapatan rendah dan pekerja sektor informal. Berikut daftarnya:

Penambahan Alokasi Bantuan Sosial (Bansos)

Pemerintah akan menambah distribusi Kartu Sembako dan BPNT untuk sekitar 18,3 juta keluarga penerima manfaat (KPM). Penyaluran akan dilakukan pada Juni dan Juli.

Bantuan Pangan

Selain kartu sembako, masyarakat juga akan mendapatkan bantuan pangan langsung untuk mendukung ketahanan pangan rumah tangga.

Bantuan Subsidi Upah (BSU)

Pemerintah akan kembali memberikan BSU untuk pekerja bergaji di bawah Rp 3,5 juta per bulan, serta kepada guru honorer. Bantuan ini menyasar mereka yang berpenghasilan di bawah upah minimum provinsi.

Diskon Iuran BPJS Ketenagakerjaan

Stimulus berikutnya adalah perpanjangan diskon iuran Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) bagi pekerja di sektor padat karya. Diharapkan ini bisa meringankan beban perusahaan serta menjaga kelangsungan lapangan kerja.

Proyeksi Dampak Ekonomi

Diskon tarif tol bukan hanya soal memberi keringanan biaya bagi pengguna jalan. Lebih dari itu, langkah ini diharapkan mampu menggerakkan konsumsi rumah tangga, meningkatkan aktivitas pariwisata lokal, serta memperluas efek berganda pada sektor perdagangan dan jasa.

Dengan target 110 juta pengguna, pengaruhnya bisa terasa signifikan. Perjalanan yang lebih murah artinya masyarakat mungkin akan lebih memilih berwisata ke luar kota, mengunjungi keluarga, atau bahkan melakukan kegiatan bisnis yang selama ini tertunda.