
mobilinanews (Italia) - Meraih 8 gelar juara dunia FIA-World Rally Championship tak berarti Sebastien Ogier sempurna sebagai perally profesional. Buktinya di Rally Sardegna, Italia, 5-8 Juni kemarin. Ia harus dihukum.
Salah satu reli gravel terberat di dunia itu dimenangkan Ogier. Menjadikan driver tim Toyota Gazoo Racing itu pereli paling sempurna di Sardegna dengan 5 rekor kemenangan.
Sukses ini juga membuatnya naik ke peringkat 2 klasemen kejuaraan dunia 2025, memepet joki Toyota lainnya, Elfyn Evans, yang memimpin klasemen. Jarak mereka hanya terpaut 19 angka.
Sayangnya, Ogier tak ingin tampil penuh sejak musim 2021 di WRC. Membuatnya tak turut dalam perburuan gelar tahun ini. Yang didorong Toyota berebut gelar adalah Evans dan juara dunia 2022-2023 Kalle Rovanpera.
Sayangnya lagi, catatan spektakular itu ternoda oleh kelalaian Ogier sendiri. Pereli Prancis berusia 41 tahun itu abai menerapkan aturan keselamatan di kancah reli dunia. Di akhir Special Stage 13, ia tertangkap basah mengendurkan sabuk pengaman, membuka kaca helm dan juga melepas sarung tangan saat berkendara dari garis finish menuju pos kontrol.
Akibatnya, pada Senin (9/6) ini beredar keputusan FIA untuk menghukum Ogier dengan denda sebesar 1500 Euro atau sekitar Rp 28.000.000. Jumlah yang kecil untuk pereli sekelas Ogier.
Tapi, yang justru penting adalah bagaimana FIA melakukan pengawasan aturannya secara ketat. Sekaligus memberi sanksi tegas atas setiap pelanggaran tanpa melihat sosok besar para pelanggannya.
Para stewards Rally Sardegna menjerat Ogier dengan pasal 53.1 peraturan WRC yang intinya mengharuskan setiap peserta reli tetap menggunakan perangkat keselamatan sampai mobil benar-benar berhenti di pos kontrol.
Di hadapan para stewards, Ogier mengakui kesalahannya dan janji tak akan mengurangi. Ia sebut itu terjadi karena refleks semata, tanpa disengaja.
Pengakuan dan janji itu salah satu sifat Ogier yang patut ditiru para perally muda. Ia dikenal selalu belajar dari kesalahan sekecil apa pun. Ia agresif di lintasan lomba tetapi selalu dengan perhitungan matang dengan panduan pacenote dan nurut sama arahan co-pilotnya.
Soal kemenangannya di Sardegna dengan rekor 5 kali juara, misalnya, Ogier tak jumatan dengan berbagai macam teori. Ia merendah.
"Tak ada rahasia khusus. Mungkin saya hanya lebih sabar dari yang lain," katanya.
Maka mungkin saja hal-hal terbilang kecil seperti itu yang membuatnya sukses meraih 8 gelar juara dunia WRC. Jika ia tetap berkompetisi penuh sejak 2021, bisa saja ia menambah gelar tersebut. Untuk menyamai bahkan melewati rekor 9 gelar WRC yang ditorehkan perally Prancis lainnya, Sebastien Loeb. (r)