mobilinanews (Jakarta) - Indonesia perlahan mulai merambah industri kendaraan listrik. Pintu masuknya adalah roda dua. Hal ini karena sebagian besar pengguna kendaraan di Tanah Air melakukan mobilitasnya dengan sepeda motor.
Seperti banyak tetangganya di Asia Tenggara, transportasi roda dua adalah cara yang sangat populer bagi kebanyakan orang untuk bepergian. Dari biaya kepemilikan hingga pandemi global saat ini, alasan populer pemilihan moda ini karena harga terjangkau dan kepraktisannya.
Jadi, apa artinya sepeda motor listrik dan skuter di pasar Indonesia?
Perusahaan konsultan global McKinsey and Company melakukan analisa terbaru tentang cara industri energi Indonesia, dapat berkonsentrasi pada pertumbuhan di dunia pasca pandemi.
Tidak mengherankan, salah satu hal dalam daftar itu kendaraan listrik. Pemerintah mengerahkan hal tersebut dan masyarakat juga mulai aware dan menganggap dengan sepeda motor sebagai pendorong pertumbuhan utama.
Karena kendaraan listrik roda dua dan tiga menjadi lebih murah dimiliki dari waktu ke waktu, biaya kepemilikan di Indonesia semakin mendekati keseimbangan dengan sepeda bermesin bakar daripada sebelumnya.
Pada 2020, McKinsey menemukan bahwa rata-rata sepeda listrik berharga sekitar USD 2.600 atau setara Rp 37,5 juta untuk dimiliki seumur hidup mereka. Sementara itu, biaya bakarnya ada di bawah USD 2.400 atau Rp 34,6 juta untuk jangka waktu yang sama.
Pada 2022, perusahaan tersebut memperkirakan sepeda listrik akan memiliki harga yang hampir sama dimiliki seumur hidup seperti sepeda motor konvensional. Penetrasi produk motor listrik yang semakin variatif akan menjadi stimulan dalam mempercepat peralihan tersebut.
Menurut situs agregasi statistik Statista, jenis sepeda motor yang diandalkan setoap hari terus mengalami fluktuasi setiap tahun. Namun secara konsisten telah melebihi 100 juta sejak 2015. Perlu disebutkan di Indonesia juga sedang berupaya untuk menciptakan industri baterai kendaraan listrik.
Rencananya mereka akan menyiapkan 80% baterai dalam negeri untuk mendukung kendaraan listrik dalam negeri sementara 20% untuk diekspor. Perwakilan McKinsey dan partner Company Indonesia Thomas Hansmann mengatakan melihat fenomena yang ada tentu roda dua akan manjadi pintu gerbang bagi kendaraan listrik di Indonesia.
"Inilah sebabnya kami berharap kendaraan roda dua listrik menjadi EV pertama yang mencapai 50 persen penggunaan di Indonesia. Seperti di pasar lain, kendaraan roda dua listrik jauh lebih mendekati keseimbangan biaya pembakaran daripada mobil listrik dan mobil bakar satu sama lain. Mobil listrik masih jauh lebih mahal dan mobil dari semua jenis tidak sepopuler kendaraan roda dua dan tiga," terangnya
Percepatan kendaraan listrik akan sangat tergantung pada insentif pemerintah untuk mendukung produksi dan peluncuran infrastruktur yang dapat membantu mempercepat dan memperlancar proses peralihan dari kendaraan konvensional menuju electric Vehicle.(Elk)