mibilinanews (Arab Saudi) - Ferrari SF-75 diprediksi bakal perkasa di seri GP Arab Saudi akhir pekan ini setelah finish 1-2 di GP Bahrain. Masalahnya, siapa yang di P1?
Pertanyaan itu sangat menggelitik setelah Carlos Sainz berkomentar soal persiapan dan targetnya di Sirkuit Jeddah. Di Bahrain, katanya, ia kalah dari rekan satu timnya, Charles Leclerc, yang memborong status juara, fastest lap dan pole position sekaligus.
"Saya harus menundukkan kepala. Saya harus memahami di mana Charles membuat perbedaan. Bagaimana ia mengemudi, memasuki tikungan dan merawat kinerja bannya," tutur Sainz yang masuk Ferrari tahun lalu dengan obsesi meraih kemenangan perdana di F1.
"Saya harus berjuang dan melakukan beberapa langkah berbeda di Jeddah untuk meraih kemenangan. Dalam beberapa hari ini saya harus bisa mempersiapkannya," imbuh Sainz.
Putra legenda reli Carlos Sainz Sr yang menggeber spek mobil sama namun berbeda driving style dengan Leclerc, rekan sekaligus musuh dalam balapan, mumpung belum ada ketentuan team order dalam skuad The Prancing Horse.
Carlos Sainz memang diprediksi jadi lawan Leclerc di Jeddah selain duet tim Red Bull seperti di Bahrain.
Dari awal musim bos Ferrari Mattia Binotto mempersilakan kedua pembalapnya bersaing di lintasan untuk perjuangkan poin masing-masing. Tentu dengan catatan berlangsung fair dan tidak membahayakan satu sama lain.
Itu yang harus dilakukan Sainz di Jeddah. Bahwa ia bisa bersaing dengan Leclerc yang sudah di Ferrari sejak 2019.
"Bisakah saya meningkatkan kecepatan? Ini pertanyaan sangat menarik. Saya berharap bisa. Saya akan bekerja lebih keras untuk itu," ujar Sainz.
Secara mental, Sainz tak punya tekanan apa pun saat ini. Kontraknya yang habis pada akhir musim 2022 sudah di depan mata untuk perpanjangan hingga 2024 usai penampilan apiknya di Bahrain.
"Secara lisan kami sudah sepakat dengan isi kontrak, tinggal tanda tangan," jelas Binotto.
"Ya, prosesnya sudah sangat dekat. Benar-benar dekat!" kata Sainz soal kesepakatan kontrak baru itu.
Kini, yang masih harus dibuktikan Sainz adalah kemampuannya untuk bersaing dengan Leclerc. Sejak tahun lalu ia memang berteman baik dengan Leclerc dan tak ada friksi, tapi di dalam race berulangkali tampak rivalitas mereka dengan momen saling menyalip.
Dengan potensi mobil yang sama spesifikasinya, seperti kata Sainz, ia hanya perlu beberapa tahap lagi untuk bisa mengemudikan SF-75 seperti diperlihatkan Leclerc.
Jika itu bisa diwujudkan di Jeddah, sepertinya perang internal di Ferrari berpotensi muncul lagi seperti era Sebastian Vettel dan Leclerc pada 2019. (rnp)