mobilinanews (Italia) - Eks driver Ferrari, Eddie Irvine, lempar wacana perlunya Ferrari lakukan team order sejak dini untuk mengatrol Charles Leclerc menjadi juara dunia. Gelar yang dinanti Ferrari sejak 2007.
Irvine yang sepanjang karirnya di Ferrari hanya berperan untuk membantu Michael Schumacher, melihat hasil 3 seri awal F1 2022 sudah memberikan gambaran jelas potensi Ferrari dalam perburuan gelar 2022. Juga jelas menggambarkan potensi duet Ferrari Charles Leclerc dan Carlos Sainz.
Saat ini, Leclerc memimpin klasemen sementara dengan total poin 71. Unggul 34 angka dari George Russell (Mercedes) di urutan kedua. Sementara Sainz di urutan 3 dengan poin 33 atau tertinggal 38 angka dari team mate-nya.
Sedangkan Lewis Hamilton dan Max Verstappen berada di peringkat 5 dan 6 dengan perolehan poin 28 dan 25.
Belum ada tanggapan Ferrari soal wacana yang dilempar Irvine. Yang jelas, Ferrari adalah tim yang selama ini paling kental menjalankan team order, yang artinya ada satu pembalap yang diprioritaskan menjadi penantang perebutan gelar sedangkan pembalap satunya hanya jadi pendukung.
Contoh terbaru adalah peran Valtteri Bottas saat mendampingi Lewis Hamilton di tim Mercedes pada 2017-2021.
Team Principal Ferrari Mattia Binotto di awal musim 2022 menyebut kedua pembalapnya bebas bertarung di lintasan sepanjang tak merugikan satu sama lain.
Dan, di sisi lain ia menyebut Leclerc adalah investasi jangka panjang Ferrari sejak dibina dalam Ferrari Driver Academy dan masuk skuad The Prancing Horse pada musim 2019.
Dengan bahasa halus, sepertinya Binotto hanya menunggu momen tepat untuk menerapkan team order dalam grupnya. Saat di mana Sainz yang masuk Ferrari sejak 2021 itu harus ikhlas membantu Leclerc seperti peran Irvine mendampingi Schumacher atau Bottas kepada Hamilton.
Leclerc sendiri sejauh ini sama sekali tak memasalahkan team order karena itu adalah sepenuhnya urusan tim.
"Saya hanya perlu fokus pada diri sendiri, tak perlu berlebihan memikirkan yang lain. Saya cukup percaya diri dengan paket mobil yang saya miliki saat ini. Saya tahu kalau saya punya mobil yang bisa memenangkan kejuaraan," katanya lewat gpfans.com.
Saat sama, kata pembalap asal Monaco itu, ia harus mengubah cara berpikirnya setelah berada dalam situasi berebut gelar saat ini.
Selain lebih sigap menyiapkan diri, ia juga semakin fokus mencari-cari celah untuk pengembangan F1-75 yang dibesutnya musim ini. Terlebih karena tim pesaing tak akan pernah berhenti mengembangkan mobil untuk menghadangnya.
"Di masa lalu pada level junior saya sudah berada dalam situasi perebutan gelar. Kini dalam situasi sama di level F1 dan bersama Ferrari, itu sangat luar biasa. Tim telah bekerja keras selama ini dan saya tahu mereka telah membuat mobil hebat. Saya hanya perlu melakukan tugas sebagai driver," tegasnya.
Saat bersamaan tentu juga menarik menunggu performa Sainz yang sejauh ini sebenarnya bersaing dengan Leclerc dalam hal kecepatan. Hanya saja ia lebih apes saat race, terlebih di GP Australia yang membuatnya pulang tanpa poin.
Jila dalam 2 seri di depan Sainz masih juga `apes` dan makin tertinggal dari Leclerc maka itulah saatnya Binotto tegas memainkan strategi team order. Perintah buat Sainz untuk coba mengganjal siapa saja yang mengancam Leclerc. (rnp)