mobilinanews (Italia) - Francesco Bagnaia sudah bicara terbuka, ingin pertahankan Jack Miller sebagai pendampingnya tahun depan.
Enea Bastianini yang merasa ditolak justru menantang Bagnaia di Gran Premio de Italia di Sirkuit Mugello dua pekan mendatang. Siap perang sesama Ducati, sesama Italia, di kandang tifosi.
Mempertahankan Miller, kata Bagnaia, semata karena mereka sudah tandem bareng sejak di tim satelit Pramac Ducati. Keduanya berteman, tak ada rahasia soal data dan saling membantu dalam pengembangan Desmosedici andalan Ducati.
Bukan karena Miller lebih mudah ia kalahkan daripada rider muda calon penggantinya seperti Enea Bastianini atau Jorge Martin seperti isu panas selama ini.
"Itu saja, tak ada alasan lain," kata Pecco yang merasakan dukungan Miller saat laga Prancis kemarin dengan tidak melakukan tekanan untuk berebut posisi terdepan.
Beda dengan Bastianini (Gresini Ducati) yang bertarung tanpa kompromi. Ia berikan tekanan sedemikian rupa kepada Bagnaia setelah sukses menyalip Miller. Sepertinya tekanan itu yang membuat Bagnaia bikin blunder dan terjatuh.
"Saya pikir ia tertekan saat itu," ucap Bastianini yang meraih gelar juara kali ketiga tahun ini, membuatnya semakin layak menjadi pengganti Miller tahun depan di tim pabrikan.
Namun, penolakan Bagnaia dengan keinginan mempertahankan Miller seolah membuat Bastianini geram. Karena di sisi lain Miller sendiri sudah pasrah jika dikembalikan Ducati ke tim Pramac Racing.
Pembalap Australia itu juga menegaskan Bastianini layak jadi penggantinya di tim pabrikan dengan reputasi saat ini.
"Ia (Bagnaia) ingin tetap bersama Jack. Kita lihat apakah Ducati mendengarkannya atau punya kebijakan lain," tegas Bastianini.
Bastianini tak menutupi hasratnya ke tim pabrikan seperti cita-cita semua pembalap. Ducati akan memutuskan line up 2023 pada Juni mendatang.
Karena itu, tekad Bastianini sangat bulat untuk kembali meraih kemenangan di GP Italia pada 29 Mei 2022 nanti.
Itu pula yang akan membuat Ducati tak lagi dilematis memutuskan Milller atau Bastianini yang jadi rider pabrikan di sebelah Bagnaia. Dengan begitu juga Ducati tak punya alasan promosikan Martin yang sejauh ini lebih banyak gagal di awal musim 2022.
"Kemenangan di Prancis membuat saya yakin bisa juga juara di Mugello. Di depan fans Italia dengan motor Italia, itu akan sempurna," ungkapnya.
Ya, di Mugello, ia dan Bagnaia menjadi local hero yang diunggulkan menjadi juara. Local hero lainnya, Franco Morbidelli (Yamaha) tak masuk hitungan lantaran performa yang buruk sepanjang musim 2022.
Penting bagi Bastianini untuk menguasai laga di Mugello nanti meski harus lakoni perang saudara sesama joki Ducati dan sesama rider Italia.
Tak hanya untuk mempermulus langkah promosi ke tim pabrikan, tapi juga menguatkan potensinya di jalur perebutan gelar juara dunia 2022 karena saat ini hanya tertinggal 8 poin dari Fabio Quartararo (Yamaha) yang memimpin klasemen.
Sejak main di ajang grand prix pada 2014, Bastianini tak pernah naik podium di ajang Moto3, Moto2 maupun MotoGP. Saat jadi juara dunia Moto2 2020, kebetulan GP Italia di Mugello tak berlangsung karena pandemi Covid-19.
Seri Italia musim itu berlangsung di Misano dalam tajuk GP Emilia Romagna dan ia finish podium sebagai juara.
Tahun ini, di atas Desmosedici GP21, Bastianini yakin mampu bersaing di Mugello. Tak sekadar podium tapi menjadi juara, sekaligus membalas dendam karena tahun lalu ia gagal mencapai finish karena retire di tengah balapan.
Benih-benih persaingan tak sehat sepertinya sudah merebak dalam rivalitas Bastianini dengan Bagnaia, sebagai sesama joki andalan Italia dan kebetulan sama-sama joki Ducati meski beda kasta.
Ini mengingatkan rivalitas Valentino Rossi dan Max Biaggi di era kejayaan mereka. Mugello menjadi salah satu sirkuit penting bagi keduanya untuk mencuri hati tifosi Italia.
Hampir pasti, itu yang akan dikejar Bagnaia dan Bastianini dua pekan lagi di Mugello. (rnp)