mobilinanews (Brasil) - Bukan hanya kasus senggolan dengan Lewis Hamilton (Mercedes), perilaku Max Verstappen pada race GP Brasil kemarin juga jadi sorotan di tubuh timnya. Bahkan rekan satu timnya, Sergio Perez, secara tegas mengkritik sikap egois Verstappen.
"Begitulah sifat aslinya. Ia dua kali menjadi juara dunia, seharusnya ia berterima kasih kepada saya," tegas Perez menyinggung perannya sejak tahun lalu yang dalam beberapa kesempatan krusial sukarela membantu Verstappen merebut poin maksimal.
Kekecewaan Perez dipicu oleh penolakan Verstappen menuruti team order di lap terakhir GP Brasil, saat Verstappen di urutan 6 dan Perez di posisi ke-7.
Keduanya sulit melewati Fernando Alonso (Alpine) di posisi kelima. Race Director Engineer Red Bull Gianpero Lambiase, dengan sepengetahuan Team Principal Chrsitian Horner, mengirim pesan radio ke Verstappen agar memberikan posisi finish ke-6 kepada Perez. Tak lain untuk membantu pembalap Meksiko itu menempati posisi kedua klasemen pembalap di akhir musim.
Verstappen yang tak lagi butuh poin karena sudah mengunci gelar juara dunia 2022, justru mendiamkan pesan Lambiase. Lambiase terus menyorongkan pesan itu dan akhirnya dijawab ketus oleh Verstappen.
"Jangan suruh saya melakukan hal ini, saya punya alasan untuk itu," kata Verstappen dan sejurus kemudian Horner merasa perlu minta maaf kepada Perez.
Perez yang finish ke-7 di belakang rekan setimnya pun tak menutupi kekecewaannya. Hasil itu membuatnya kini punya total poin sama (290) dengan Charles Leclerc (Ferrari) yang finish P4 di Brasil.
Leclerc menggusurnya di peringkat 2 klasemen karena jumlah kemenangan lebih besar (3) daripada Perez (2) pada musim ini. Artinya, Perez harus finish di depan Leclerc pada seri pamungkas di GP Abu Dhabi pekan depan agar Red Bull finish 1-2 di klasemen akhir, posisi yang diinginkan para petinggi tim.
Horner memastikan tim akan melakukan apa pun, termasuk menekan Verstappen membantu Perez di Abu Dhabi nanti untuk kembali ke posisi 2 klasemen.
Helmut Marko, figur senior dan paling berpengaruh di tim Red Bull, pun ikut kecewa dengan tingkah Verstappen. Ia mengaku sangat terkejut dengan pembangkangan itu.
"Tujuan Red Bull adalah finish 1-2 di klasemen akhir. Max harus melakukan apa pun yang ia bisa untuk mewujudkan hal itu. Itu saja!" tegasnya.
Tapi, nasi tampaknya sudah terlanjur jadi bubur. Perez sendiri sudah bertekad akan mengalahkan Leclerc di seri terakhir dengan kemampuannya sendiri. Ia tak peduli alasan masa lalu yang diduga jadi penyebab Verstappen menolak perintah tim.
Alasan itu adalah kasus di sesi kualifikasi GP Monaco silam. Perez alami kecelakaan di menit terakhir, membuat Verstappen gagal memperbaiki waktu pada kesempatan terakhir.
Itu membuat Perez menjadi pole sitter dan akhirnya juara di Monaco. Saat itu Verstappen sangat butuh posisi strategis di kualifikasi dalam rivalitas yang sengit dengan Leclerc di klasemen.
Namun Verstappen menolak mengomentari dugaan tersebut.
"Tak ada yang perlu saya katakan soal itu. Saya paham yang diinginkan Checo (panggilan Perez). Ia butuh bantuan dan saya akan membantunya di Abu Dhabi," ucap Verstappen yang sepertinya tak lagi diinginkan Perez.
Kini, jadi tugas Horner dan Marko untuk meredam kemarahan Perez agar tak berimbas jadi rivalitas pribadi di musim 2023, tahun yang jadi target Perez untuk bersaing berebut gelar dunia. (rnp)