mobilinanews - Banyak yang bilang Maverick Vinales bingung memilih hengkang ke Yamaha atau bertahan di Suzuki. Tapi, fakta yang dibaca mobilinanews, Vinales harusnya ke Yamaha. Mendingan jadi buntut gajah daripada jadi kepala semut.
Podium ketiga di Le Mans memang membuktikan Suzuki GSX-RR bisa ke depan. "Kecepatanku memang sama dengan Valentino. Tapi, selisih 6 detik rasanya terlalu jauh dan berisiko untuk mengejar," jujur Vinales.
Pede boleh. Memuji juga halal. Tapi jelas GSX-RR belum sebanding dengan Yamaha YZR-M1 besutan Jorge Lorenzo yang 14 detik lebih kencang. Bahkan, Vinales masih 10 detik di belakang Valentino Rossi yang finish di belakang Lorenzo.
So, dari segi motor, Vinales kudu realistis memilih Yamaha yang sudah 'matang', ketimbang Suzuki yang masih perlu dikembangkan.
Pertimbangan lainnya, Suzuki memang memposisikan Vinales sebagai kepala, pembalap nomor satu. Tapi, kepala semut. "Maverick punya rumah di sini. Ia sangat dibutuhkan. Dan kami siap mengantarnya ke puncak prestasi," sesumbar Davide Brivio, manajer Suzuki Ecstar demi mempertahankan Vinales di tim 'S'.
Di Yamaha, keberadaan Rossi yang akan membuat Vinales jadi buntutnya The Doctor. Karena Lorenzo pun tersingkir lantaran ngga kuat selalu dinomorduakan.
Tapi ingat, di Yamaha, Vinales jadi 'buntut gajah'. Dan, mobilinanews membaca, umur Rossi di Yamaha hanya tinggal setahun lagi. Dengan usia yang sudah 37, paling kuat Rossi bertahan hingga 2017. Artinya, Vinales akan jadi rider nomor 1 Yamaha pada 2018. Lalu, Vinales yang akan gantikan bilang "Yamaha semakin di depan". (Teks: Aries Susanto; Foto: motogp.com)