Mobilinanews – Musim 2016 sudah sepertiga jalan. Seperti 3 musim sebelumnya, 3 pembalap ‘berpengalaman’ juara dunia MotoGP saling berebut gelar kampiun. Ya, usai 6 seri, Marc Marquez, Jorge Lorenzo dan Valentino Rossi yang menunjukkan peluang juara dunia musim 2016.
Toh, dua nama terdahulu tidak sehebat yang disebut terakhir. Marc Marquez dan Jorge Lorenzo memang belum sehebat Valentino Rossi. Duo Spaniard itu 11 : 12, tidak bisa jadi pemimpin alias pembalap nomor 1 di tim. Mereka bukan pengembang motor untuk seluruh pembalap yang pakai motor serupa.
Soal ini, Rossi sudah membuktikan kemampuannya. Saat masih di Honda, di awal era MotoGP, ia meriset RC212V, sehingga semua joki pemakai Honda kuasai peringkat atas. Saat pindah ke Yamaha pada 2004 pun, Rossi mendevelop YZR-M1 yang kala itu masih terpuruk, alhasil pemakai Yamaha gantian rajai podium.
Lalu, datanglah Lorenzo ke Tim Biru. Doi yang memang punya skil, tinggal menikmati kerja Rossi. Makanya, Rossi yang kecewa cabut ke Ducati. Di Pasukan Merah, The Doctor pun obati Desmosedici (waktu itu GP8) biar enak dipakai semua joki. Sebab meski Stoner pernah juara dunia geber Desmosedici, rider Ducati lainnya gak pernah naik podium. Sukses The Doctor menyembuhkan sakit Desmosedici yang bertenaga besar tapi liar dinikmati Andrea Dovizioso dan Andrea Iannone, musim ini.
Lorenzo belum pernah mengembangkan YZR-M1. Ketika Lorenzo memimpin Yamaha, ia jadi juara dunia sendiri pada 2010 dan 2012. Kini, sukses Marquez pun dihujat rekan setimnya. Dani Pedrosa mengakui Rossi lebih hebat dalam mengembangkan motor untuk semua pembalap. Ia pun bilang, keterpurukannya beberapa musim terakhir ini karena kesalahan Marquez dalam memilih motor.
Dalam curhatnya, Pedrosa bilang, Marquez lebih mementingkan diri sendiri, daripada seluruh pemakai Honda, dalam meriset RC212V. “Ketika kami tes November (2015), aku tau motor yang ia (Marquez, red) pilih untuk dipakai musim ini, akan sulit dikendalikan. Itu pilihan Marquez sebagai pembalap nomor 1. Saat ini dia memimpin kejuaraan. Ia layak. Ia cepat beradaptasi. Tapi, kini seluruh pemakai Honda sulit beradaptasi,” keluh joki 30 tahun itu.
Nah, usai seri VI lalu, tim-tim dapat jatah tes tengah musim. Honda memilih arah perbaikan sasis untuk dapatkan grip roda belakang. Yamaha sudah membuat sasis baru agar M1 lebih nyaman. Sementara Suzuki kudu fokus di peranti elektronik yang bikin GSV-R masih liar. Kita tunggu hasil tes mereka di Assen 26 Juni nanti.
(Teks : Aries Susanto; Foto : MCN)