Mobilinanews.com, (Jakarta) – Berkendara bagi kita yang terbiasa berjibaku dengan padatnya lalu lintas (lalin) ibukota mungkin hal yang biasa, namun menjadi sebuah tantangan ekstra bagi ekspatriat “bule” yang aktif bermobil ria di Jakarta.
“Driving in Jakarta is full of adrenalin, need a courage and gut!,” ungkap Den Haas Femke (38) kepada mobilinanews saat ditemui di Ragunan, Jakarta.
- Femke bersama putra tercintanya, Rio
Femke sudah terpacu adrenalinnya sejak pertama kali berkendara di Jakarta tahun 2003. Awalnya wanita cantik bermata biru ini menggunakan mobil Panther jenis pick-up.
Wanita yang saat ini mengendarai Opel Blazer, bekerja di lembaga non profit pecinta binatang, “Jakarta Animal Aid”. Ia mengaku pernah menyetir sendiri hingga ke Lombok, dan saat ini sudah terbiasa dengan kekacauan lalin di Jakarta.
“Nyetir di Jakarta bikin stres, motor atau mobil suka seenaknya potong jalur dari kiri kekanan atau sebaliknya. Selain itu banyak pengguna motor yang tidak perhatikan keselamatan berkendara. Sering kali saya lihat, 1 motor diisi lebih dari 3 orang. Mereka seharusnya memikirkan keselamatan keluarganya,” ujar wanita asal Belanda ini.
-
- Femke tidak sembarang nyetir karena SIMinternasional telah dikantonginya
Pengalaman menarik dialaminya saat ia ditilang polisi namun SIM internasionalnya tertinggal di rumah. Pakpol memintanya untuk ambil SIM dirumah yang kebetulan tidak jauh dari lokasi tilang. Temanya diminta oleh petugas untuk menggantikannya nyetir. Femke sangat khawatir karena ia tahu temannya punya SIM dengan cara membayar dan tidak bisa nyetir sama sekali.
“Di negara saya susah sekali dapat SIM, disini dapat mudah dibuat dengan cara membayar. Seharusnya peraturan diperketat untuk mendapatkan SIM. Kesiapan mental serta attitude berkendara lebih penting sebelum turun nyetir di jalan,” pungkas ibu dari Rio (3) yang telah fasih berbahasa Indonesia.
So please be a smart driver and drive with attitude, pesannya kepada mobilinanews.