mobilinanews (Italia) - Meski mencapai target meraih 1 kemenangan di GP Austria, penampilan Ducati musim ini, dianggap gagal oleh Andrea Dovizioso. Uniknya, sebagai joki utama Tim Merah, pembalap yang pakai motor bernomor 04 itu malah menyalahkan rekan setimnya, Andrea Iannone. Doi juga nggak terlalu menganggap kehebatan calon teman setim barunya, Jorge Lorenzo. Terhadap riset Casey Stoner pun, Dovizioso merasa tidak terlalu banyak membantu di GP16. Tapi, kepada manajer tim baru Gigi D’alna, dia memberi acungan jempol.
Soal Iannone, Dovi paling sebal. Ia menganggap Iannone sebagai biang kerok lambatnya pengembangan GP16. Apalagi, setelah insiden dimana Iannone menabraknya di GP Argentina, 4 April lalu. “Iannone bukan pembalap yang bisa bekerjasama. Dia pikir dirinya paling penting. Jadi sulit membina hubungan untuk mengembangkan motor bersama,” cela joki kelahiran 23 Maret 1986 itu.
Peran Casey Stoner sebagai joki penguji GP16 pun dinilai nggak banyak membantu. “Dia pernah jadi rekan setim. Sekarang jadi test-rider Ducati. Itu mengubah hubungan kami. Memang, dia pembalap luar biasa, tapi dulu ia membenci semua orang. Tapi, sebagai test-riderr, pengaruhnya tidak terlalu banyak. Karena dia tidak selalu bersama tim,” cibir anak Antonio Dovizioso itu.
Menurut Dovi, GP16 memang makin kencang. Makin mendekati, Honda dan Yamaha. Tapi, itu masih belum konsisten. GP16 sangat tidak stabil ketika mengerem masuk tikungan. Hanya peningkatan di sektor akselerasi yang membuat Ducati masih bisa mengimbangi Honda dan Yamaha, secara keseluruhan.
Untuk masalah ini, doi pun menuding Michelin sebagai biangnya. “Dengan Michelin, kami semua memulai dari nol. Ducati salah menunjuk orang sebagai penguji ban. (Scot, red) Redding, dan (Loris, red) Bas tidak memberi petunjuk yang baik soal ban untuk kami,” tuduh pembalap berpostur 167 cm itu.
Bahkan, Dovi pun tidak melihat Lorenzo akan mampu memperbaiki masalah Ducati. “Saya datang ke Ducati, ketika permasalahan Ducati lebih parah dari sekarang. Ini akan memudahkan Jorge. Tapi, ia hanya mengenal Yamaha sepanjang kariernya di MotoGP. Dan, di Yamaha ada Valentino (Rossi, red) yang membuat M1 motor paling stabil,” bilangnya lagi.
Uniknya, Dovi justru memberi acungan jempol pada manajer tim Ducati, Gigi D’alna. “Dia membuat hirarki yang jelas. Di tim Italia, penting untuk tau siapa bos, siapa pangkatnya lebih tinggi,” tukas Dovi.
Ah…, rasanya Dovi aja yang merasa paling benar. Dia lupa, Ducati tahun ini memang hanya pasang target meraih 1 kemenangan. Dan itu dicapai di GP Austria. Masalahnya, yang di puncak podium justru Iannone. Emang aja, dianya yang merasa paling benar! Jelas-jelas, musim ini Ducati memposisikannya sebagai pembalap nomor satu.
Jangan harap Dovi juara di Motegi, deh! (Aries Susanto)