mobilinanews (Jakarta) - Melihat kondisi itu Dorna kemudian merevisi pembatasan rpm untuk Kawasaki dan membatasi dari sebelumnya 12.000rpm menjadi 10.800rpm.
Sayangnya, revisi regulasi itu belum membuahkan hasil yang maksimal. Meski sudah mulai mampu memperpendek jarak, pebalap Yamaha masih kalah dari Kawasaki.
"Kami hanya mengandalkanslipstreaming di belakang Kawasaki atau KTM jika ingin memangkas waktu," ujar Ali Adriansyah.
Menurut pembalap Pertamina Enduro Racing Team itu, strategi "mencuri" slipstream awalnya tidak disadari oleh rider Kawasaki. Sehingga pebalap Yamaha mampu mencatat waktu yang bagus.
Tetapi di seri berikutnya rider Kawasaki mulai sadar dan selalu menghindar jika ada pembalap Yamaha di belakang mereka.
Ali Adriansyah sendiri mengakui jika Dorna sudah mencoba bersikap adil. Hanya saja penyelenggara balap motor terkemuka itu belum menemukan formula yang tepat agar semua sepeda motor yang berlaga bertanding dengan setara.
"Saya mengapresiasi Dorna selaku penyelenggara, yang membuat revisi perubahan regulasi. Akan tetapi, mungkin karena Ninja 400 baru muncul menjelang musim balap, Dorna tidak cukup waktu untuk mengatur pembatasan rpm yang lebih pas," ucap Ali.
Dia berharap di musim 2019 Dorna dapat lebih tajam lagi dalam membuat regulasi agar tercipta sebuah kompetisi yang lebih fair.
"WSSP300 pada awalnya kan punya visi untuk menghadirkan sebuah kompetisi yang bagus bagi para pebalap muda, seperti yang sudah terjadi di 2017," ucapnya.
"Jangan sampai visi tersebut hilang dan kompetisi menjadi tidak seimbang," harap Ali Adriansyah. (BS)