mobilinanews (Jakarta) - Namanya perubahan memang selalu ada intrik. Tapi, demi pengembangan event balap Nasional, PP IMI benar-benar berniat memperbaiki kualitas promotor event otomotif.
Untuk itu, PP IMI telah mengadakan workshop, atau pendidikan pelatihan ini wajib diikuti para promotor event otomotif nasional yang terdaftar di PP IMI. Karena, dengan ikut workshop ini, klub promotor tersebut akan mendapat sertifikat dari PP IMI.
Workshop bertajuk Sharing Perspectives itu diadakan dua hari, 25-26 Oktober lalu. “Di acara itu kita sharing. Berbagi pengalaman dan pengetahuan,” jelas Jeffrey J. P., penggagas acara yang merupakan Sekretaris Jendral Pengurus Pusat Ikatan Motor Indonesia (PP IMI).
Terkait niat meningkatkan kualitas promotor event otomotif itu juga, dalam acara itu diberikan materi terkait bagaimana promotor yang baik mengadakan event. Segala tata cara organisasi dan pelaksanaan di lapangan. Sebagai ujungnya, diadakan semacam ujian. “Kita pengin tau, seberapa besar perhatian para peserta terhadap materi yang telah dibagi selama sharing,” bilang Jeffrey.
Sesuai niat awal, hasil workshop ini PP IMI bisa mengetahui pengetahuan promotor penyelenggaraan event otomotif soal. Makanya, dari situ, didapat kategori promotor berdasarkan pengetahuannya terhadap materi yang diberikan selama workshop. Kategorinya, ada yang bisa menyelenggarakan event level internasional dan nasional, ada yang cukup level nasional, bahkan hanya untuk kejuaraan daerah, atau event klub.
Hasilnya memang ada yang tidak terima. Toh ini dianggap wajar saja. Jeffrey punya alasan jelas, dan bisa diterima akal. “Kan yang diuji prosedurnya. Prosedur tiap penyelenggaraan event itu sama. Baik penyelenggaraan event motor atau mobil, sama. Mulai dari penyusunan panitia, penyusunan anggaran, sampai pelaksana di lapangan dan eksekusinya. Dan itu yang harus sesuai standar,” tegas Pak Sekjen.
Sampai di situ benar banget. Sayangnya, ada klub yang kurang paham dengan niatan PP IMI ini. Apalagi, kata workshop bisa diartikan sebagai seminar, pelatihan. Yang gunanya menambah pengetahuan. Jadi, ada klub promotor yang mengirim wakilnya dengan tujuan untuk belajar. Klub itu jelas tidak berpikir bahwa workshop akan dijadikan basis penilaian untuk kualifikasi institusinya. Jadi, wajar juga, kalau saat diuji, hasilnya tidak maksimal. Sehingga, klub yang diwakilinya jadi ikut ternilai tidak maksimal.
Tapi, jika ini yang terjadi, Jeffrey J. P., tetap punya solusinya. “Silakan saja ikut lagi ujiannya. Kalau memang paham aturan promotor, pasti klasisfikasinya akan membaik. Justru di situ tujuannya. Jadi lebih baik!” pastinya.
Ya, demi perbaikan event otomotif nasional, memang itu solusi terbaiknya. (Aries Susanto)