mobilinanews (Jakarta) - Istilah si kancil anak nakal rasanya cukup merepresentasikan sosok motor trail Yamaha DT 100 yang pertama kali diluncurkan di Jepang di penghujung 60-an. Nakal yang dimaksud bukalah nakal seperti si kancil yang dalam berbagai kisahnya dibilang suka mencuri ketimun. Melainkan trail 2 tak ini sangatlah lincah untuk dibawa bermanuver karena bobotnya yang ringan dan hentakan tenaganya yang terbilang agresif.
"Motor yang masuk collector item ini, dulu banyak ditemukan di perkebunan karet dan kelapa sawit di Sumatera. Khususnya, Lampung. Motor ini sering digunakan untuk menerobos medan off-road, sekaligus difungsikan sebagai kendaraan angkut hasil perkebunan. Makanya kayak si Kancil, hehehe…," ujar Topo Goedel, dedengkot rumah modifikasi Tauco Custom kepada mobilinanews.
Pria nyentrik yang sering mengubah merakit motor trail ini, melihat ada beberapa keunggulan Yamaha DT 100 dibandingkan kompetitor lain sekelasnya. Menurutnya, kombinasi mesin dengan ratio gear yang rapat, membuat performanya lebih mumpuni dibandingkan motor jalan raya pada umumnya.
Meskipun versi standarnya terbilang cukup mantap untuk diajak beraksi gerus tanah, untuk lebih mengoptimalkan tenaga terbilang mudah untuk dilakukan. "Mudah kok, kalo urusan mesin. Karena 2-tak cukup dengan melakukan bore-up dan korek blok mesin. Lalu ganti knalpot dengan versi racing. Dijamin performa DT akan lebih tokcer," ungkapnya.
Kenakalan lain yang dimiliki DT terletak pada desain basic frame-nya sudah trail dan double crandle yang ergonomis dan enteng. Motor yang sudah dirancang untuk medan off-road ini dari segi kaki-kaki juga terbilang apik dan bisa digunakan untuk beradventure ria.
Namun untuk keperluan petualangan yang sedikit ektrem, apalagi peruntukan turun kompetisi, bung Topo menganjurkan untuk mengganti sobreker depan. Soalnya, sobreker versi orisinilnya sudah berumur. Pastinya kurang optimal ketika terabas lubang besar, ataupun saat bermanuver di medan berbatu. Ditekankan pria yang memulai bisnisnya dari menempa tong bekas menjadi lempengan plat, semua hal yang dinilai ringkih dari si-DT tetap bisa dioptomalkan dengan melakukan modifikasi.
Ingin tahu apa saja keunggulan DT lainnya yang tidak dimiliki kompetitornya seperti Suzuki TS 100, Kawasaki KX 100 dan Honda XL 100? Tunggu celoteh mbah Topo yang memiliki koleksi tidak kurang dari 4 Yamaha DT di garasi rumahnya. (Adityaoka)