mobilinanews (Singapura) – Bebas stres, bebas kecelakaan dan bebas emisi: ketiga kondisi ini mewakili gambaran masa depan tentang mobilitas perkotaan, di mana orang dan barang dapat berpindah dengan bebas dan kota-kota dapat berfungsi dengan efektif.
Menurut laporan World Cities World 2016, diperkirakan 54,4 persen populasi dunia – atau sekitar 4 miliar orang – bermukim di perkotaan.
Diperkirakan pada 2030 akan ada sekitar 5 miliar penduduk kota di seluruh dunia dan di ASEAN saja, sekitar 90 juta orang akan pindah ke kota – sekitar 57 juta di antaranya tergolong populasi lanjut usia yang akan terus tumbuh dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
“Bosch percaya bahwa untuk mempertahankan kualitas hidup, model mobilitas alternatif untuk perkotaan menjadi semakin penting; dan pemerintah, industri serta masyarakat dapat bekerja sama untuk menciptakan perubahan dalam mengembangkan lansekap mobilitas perkotaan di masa depan,” ujar Martin Hayes, Presiden Direktur Bosch Asia Tenggara, saat menyampaikan pidato utama pada acara EU-ASEAN Business Summit di Singapura.
Mobilitas bebas emisi adalah mobilitas listrik
Bosch telah berkomitmen dalam hal mobilitas elektrik dengan cara sistematis dan terpadu, dengan mengalokasikan sebagian dana riset dan pengembangannya – yang totalnya 7 miliar euro - untuk memastikan bahwa powertrain siap untuk menghadapi masa depan; misalnya dengan mempertimbangkan aspek perlindungan dan konservasi sumber daya alam. Badan Energi Internasional (IEA) memperkirakan, daerah perkotaan menyumbang 67 persen gas rumah kaca global yang terkait energi; 28 persen di antaranya saat ini berasal dari transportasi.
Tanpa adanya upaya untuk mengurangi konsumsi dan keluaran emisi tersebut, angka ini akan meningkat menjadi sekitar 70 persen pada 2050. Elektrifikasi kendaraan roda dua dan roda empat dapat menjadi alternatif solusi dalam upaya mengurangi emisi CO2.
“Kota-kota di seluruh dunia saat ini sedang memikirkan kembali mobilitas perkotaan dan secara aktif mempromosikan penggunaan moda transportasi alternatif. Hal ini dimungkinkan dengan inovasi teknologi yang secara radikal mengubah cara kita melakukan perjalanan. Komitmen dari sektor publik, swasta, organisasi non-pemerintah, dan pemerintah berperan penting dalam memenuhi visi mobilitas perkotaan yang berkelanjutan di masa depan,” Hayes menyimpulkan.
Sistem transportasi multi-moda, aman, dan bersih
Visi Bosch tentang mobilitas perkotaan masa depan didorong oleh keyakinan bahwa semua sistem dan solusi harus terpusat pada manusia–bagaimana kebutuhan dan kesejahteraan mereka dapat terpenuhi, serta bagaimana melibatkan masyarakat dalam menciptakan perubahan agar dapat memberikan dampak positif bagi mobilitas perkotaan.
Mobilitas bebas stres adalah mobilitas yang fleksibel Salah satu faktor yang menghambat produktivitas dan pertumbuhan ekonomi adalah kemacetan.
Dengan jumlah penduduk mendekati 650 juta orang, ASEAN menyumbang 8,6 persen dari total populasi dunia, dengan sekitar 12,8 juta kendaraan roda dua dan roda empat baru pada tahun 2017 saja.
Pesatnya pertumbuhan, terutama di segmen kendaraan roda dua, menandakan bahwa infrastruktur lalu lintas telah menanggung beban terlalu berat dan seringkali kendaraan pribadi merupakan satu-satunya pilihan moda transportasi.
Pendekatan pragmatis Bosch terhadap mobilitas bebas stres adalah memungkinkan penghuni kota untuk dapat merencanakan perjalanan mereka secara fleksibel–baik dengan kendaraan roda dua maupun roda empat, kereta api, atau bahkan dengan berbagi tumpangan, sehingga transportasi menjadi lebih mudah diakses dan hemat biaya.(budsan)