mobilinanews.com (Jakarta) – Suasana Warung Solo yang
terintegrasi dengan kantor redaksi mobilinanews pada Senin siang 18 Mei 2015 tetap
adem seperti biasanya. Ditemani dengan es cincau hitam membuat pembicaraan
dengan pebalap senior Alvin Bahar kembali berlanjut (baca juga Alvin Bahar
Berharap Balapan di Indonesia Bisa Jadi Industri).
Sebagai atlet balap dengan pengalaman sekitar 24 tahun di sirkuit, apa sebenarnya harapan ke depan?
Saya masih mengupayakan cita-cita atau mimpi untuk bisa
punya sirkuit sendiri, minimal bisa mengelola sirkuit. Dengan demikian, saya
bisa punya sarana untuk bisa mengembangkan kegiatan-kegiatan balapan. Tidak
perlu sebesar Sentul, tapi setidaknya bisa intens buat event kecil-kecilan.
Menurut Anda hal ini mungkin terealisasi?
Saya ingin menjawabnya seperti ini. Dulu saya sempat coba
berbisnis, tapi saya kemudian menyadari nama saya sudah identik dengan dunia otomotif.
Sejak itu saya sudah memutuskan selama hidup ingin terus di balapan, meski
tidak harus jadi pebalap.
Selama karir balap saya juga sejauh ini, saya bisa menyebut
diri saya sebagai paket komplit. Dalam arti saya mengerti semua. Saya
berpendapat, pebalap yang sudah bisa pensiun bisa jadi pelatih, manajer,
promotor, konsultan, pemilik sirkuit atau event organizer.
Apakah tidak ada rencana balapan keluar negeri?
Pebalap Indonesia yang balapan keluar negeri itu dan bermimpi suatu saat bisa ke F1 umumnya
pakai duit sendiri, sambil berharap di tengah jalan ada
pihak sponsor yang bersedia mendukung. Kalau enggak, yah terus pakai duit sendiri.
Kalau Anda sendiri sampai kapan rencana balap?
Sampai saat ini, saya masih satu-satunya pebalap yang balapan
tutup kaca. Berdasarkan pengalaman, hal ini bisa membuat mobil bisa lebih cepat
0,2 hingga 0,3 detik. Kalau saya sudah tidak kuat tutup kaca berarti fisik saya
sudah tidak kuat untuk jadi pebalap.
Rencananya ke depan, Anda punya ambisi bisa berapa kali lagi bisa jadi juara nasional?
Hmm, minimal tiga kali lagi.