mobilinanews (Bogor) - Bicara soal service berkala di bengkel resmi, yang terlintas di benak konsumen pastinya adalah harga yang mahal. Hal tersebut juga diakui oleh Totok Yulianto, Section Head of Service Administration PT Suzuki Indomobil Sales (SIS).
Akan tetapi, Totok menegaskan bahwa melakukan service berkala di bengkel resmi sebenarnya jauh lebih menguntungkan jika valuenya diakumulasi. Bahkan jika dirinci terkadang service di bengkel resmi justru lebih murah.
"Sebenarnya harga itu pertimbangannya reasonable atau tidak. Ternyata di konsumen itu belum tersosialisasikan. Jadi bengkel resmi itu bukan mahal tapi reasonable sesuai dengan kebutuhan konsumen. Kalau di kita disebutnya kewajaran harga," kata Totok dalam sesi talk show di acara HUT ke-16 Forum Wartawan Otomotif (Forwot), Sabtu (29/6) di Bogor.
Selain itu, pihak Suzuki juga berkomitmen untuk mengedukasi konsumennya untuk kritis dalam melakukan service dan perawatan kendaraan. Beberapa hal yang jarang diketahui konsumen misalnya, ternyata dalam melakukan service berkala ada layanan perawatan yang "wajib" dan "tidak wajib".
Baca juga: Ini 4 Manfaat Servis Berkala di Bengkel Resmi Suzuki
Layanan perawatan yang wajib antara lain mencakup aspek menjaga performa mesin agar tetap optimal dan kendaraan tetap aman dikendarai, lalu penggantian part sesuai rekomendasi PT SIS, serta layanan lain yang memang harus dilakukan.
Sedangkan yang tidak wajib misalnya aspek yang berhubungan dengan menambah kenyamanan berkendara, lalu spooring balancing, cleaning AC, Cleaning Cabin, dan lain-lain.
Salah satu tips agar service berkala tidak menghabiskan banyak biaya, PT SIS mengajak konsumen untuk kritis agar tidak melulu didikte oleh pihak bengkel sehingga mereka bisa menolak layanan yang tidak wajib tadi.
Lalu pertanyaannya, berapa lama kah toleransi agar konsumen bisa terus menolak layanan yang tidak wajib tersebut? Apakah dibatasi hingga 10 ribu kilometer atau bisa lebih?
"Jadi selama konsumen merasa tidak perlu, silahkan ditolak saja, nggak ada masalah. Misalnya bersihin AC, kalau mobil kita AC nya tidak ada masalah, tidak ada bau, dan lain-lain ngapain harus dibersihin. Walaupun sudah 30 ribu kilometer pun kalau memang masih terasa tidak ada masalah, AC nya masih bagus, bersih dan tidak bau, silahkan ditolak saja," jelas Totok.
Kemudian bagaimana dengan toleransi ideal untuk menolak layanan spooring dan balancing yang ditawarkan bengkel? Nah, Totok memaparkan disinilah pentingnya tingkat kritis konsumen dibutuhkan.
Pada dasarnya spooring tujuannya adalah memastikan poin kenyamanan berkendara. Biasanya, secara umum layanan spooring direkomendasikan setiap 10 ribu kilometer, tapi kembali lagi saat konsumen paham dengan kondisi kendaraannya, ia bisa memutuskan apakah kendaraannya butuh di spooring atau tidak.
"Kalau kita bicara spooring itu, kan itu tambahan poin kenyamanan. Dari dealer merekomendasikan sampai 10 ribu km, begitupun dengan rekomendasi pabrikan ban, juga 10 ribu kilometer. Tapi kalau misalnya konsumen merasakan tidak ada masalah kenapa harus di spooring, kan itu tergantung pemakaian dan rute yang sering dilewati setiap hari seperti jalanan rusak. Hal-hal seperti ini yang membuat kendaraan butuh di spooring. Balik lagi itu optional, jadi kita harus yakinkan konsumen setiap mengeluarkan uang itu harus pastikan memang dibutuhkan dan diperlukan. Itu yang penting dan harus dipahami konsumen," beber Totok.
Karena itu, pemahaman konsumen dalam mengenali dan merasakan perubahan pada kendaraannya menjadi penting sehingga "spend money" untuk merawat kendaraan juga masuk akal. "Mereka juga harus bisa merasakan perubahan di mobil apa sih, standar kenyamanan itu mereka harus tahu dan mereka harus kritis," tutup Totok. (adr)