mobilinanews (Jakarta) - Terkait berita beredar menyatakan Haridarma Manoppo dari Toyota Team Indonesia (TTI) mendapat perlakuan berbeda (istimewa) dari Tim Panel Banding bentukan IMI Pusat dengan penghapusan poin hanya di seri 4 ISSOM, mendapat klarifikasi.
“Itu salah kaprah. Haridarma tidak mendapat keistimewaan sama sekali. Dari 3 mobil yang didiskualifikasi pada ISSOM 4 lalu, memang berbeda pada proseduralnya,” ujar Memet Djumhana, direktur TTI kepada mobilinanews.
Pertama, Haridarma memilih mengajukan banding ke IMI Pusat dan ditolak, Mirza Putra Utama bandingnya ditolak karena kesalahan prosedural (yang ajukan banding bukan entrant), sedang Abraham Franklin memang tidak mengajukan banding.
“Kami merasa perlu melakukan klarifikasi, agar tak berkembang tentang hal yang menyesatkan tersebut di masyarakat,” terang Memet Djumhana.
Lalu, dia kembali mengulang kronologi lahirnya diskualifikasi yang menimpa mobil Haridarma.
“Setelah balap di seri 4 ISSOM Night Race kan divonis itu, disebut pelanggaran intake manipold. Kemudian, TTI mengajukan banding. Kan seperti di pengadilan,Tim Panel Banding bisa memberatkan juga bisa meringankan, tergantung dari fakta yang didapat, saat hearing dari berbagai pihak,” tutur Memet Djumhana.
Namun, dengan alasan faktanya sudah tanya chief scrutinering dan dibolehkan soal Intake Manipold tersebut, maka bisa jadi Tim Panel akhirnya mengambil putusan meringankan.
"Kalau nggak ada dasar itu (dibolehkan), TTI ya sudah pasti kena. Dan, Chief Scrutinering akan bilang, nggak pernah membolehkan kok," lanjutnya.
“Saat sidang Panel Banding itu, ketika ditanya tim, dia juga mengaku, kami menanyakan terkait Intake Manipold dan membolehkan. Cuma dia bilang (saat membolehkan itu) persepsinya berbeda, hanya lisan pula. Kalau gak dibolehin membobok, ya kami gak lakukan," lanjut Memet Djumhana.
Kalau soal kasus Intake Manipold disamakan dengan Luckas Dwinanda yang dihapus seluruh poin saat memimpin kelas ITCC 1400 pada tahun 2016, casenya sama sekali berbeda.
Casusnya Luckas itu berbeda, karena mengganti mesin, blok mesin beda. Kalau itu nggak terbantahkan.
"Kalau yang Intake Manipold ini, kami bisa jelaskan kronologinya di depan Tim Panel Banding kenapa sampai bisa terjadi,” kali ini ujar salah satu official TTI.
Menurut dia, dengan Haridarma kena diskualifikasi dan poin seri 4 ISSOM dihapus, kemudian pembalap HRI itu menang di seri 5 ISSOM serta unggul 7 poin mestinya kategori aman untuk juara nasional 2019.
“Nggak tahunya jump start pada seri 6, dan akhirnya finish ke-4. Kalau tidak jump start, kemungkinan besar bisa juara atau runner up. Yang terjadi kemudian, setelah seri 6 ISSOM poinnya sama. Lalu, Haridarma menang di BSD City GP. Udah jelas dong, siapa juara nasionalnya?," ujarnya melanjutkan.
Ditambahan oleh dia, kalau tidak setuju dengan penghitungan poin yang dikeluarkan promotor sejak usai seri 5 ISSOM dong.
“Bahkan kalau nggak terima atas putusan Tim Panel Banding dengan berpedoman regulasi di Buku Merah, mestinya juga protes. Ini kan nggak ada," katanya lagi.
Dan, TTI merujuk pada PNOKB (Peraturan Nasional Olahraga Kendaraan Bermotor) yang dikeluarkan IMI Pusat, tepatnya pada Pasal 62.5 yang berbunyi : KEPUTUSAN PANEL BANDING ADALAH MENGIKAT DAN FINAL.
Maka dari itu, jika, andaikata dan kalau keputusan Tim Panel Banding ini kemudian dianulir, berarti IMI akan melanggar aturan yang dibuat sendiri.
Sementara itu Dani Sarwono, penggiat motorsport nasional mengatakan, terkait siapa yang berhak menyandang predikat juara nasional ITCR Max 2019, berpegangan kepada putusan terakhir.
“Tim Panel Banding memutuskan apa? Ya itu aja jadi pegangannya. Jangan berandai-andai, jangan dipanjang-panjangin,” ujar Dani.
IMI Pusat pun membuat statement terkait kasus ini. “Insyaallah, dapat dipastikan keputusannya pada minggu ini, sebelum berlangsung IMI Award,” ungkap Jeffrey JP, Sekretaris Jenderal IMI Pusat.
Menurut Jeffrey, kasus ini diharapkan bisa menjadi pembelajaran untuk semua aspek dari pembalap, tim, penyelenggara hingga IMI sendiri.
“Sebagai pecinta motorsport di Indonesia, yang secara bersama-sama bertanggung jawab untuk menjaga dan memajukan olahraga dan organisasi IMI,” terang Jeffrey.
“Dan, sebuah keputusan tentu tidak dapat mengakomodasi seluruh aspek dan keinginan. Marilah kita masing-masing instrospeksi, berpikir jernih karena semua adalah teman, dan demi kemajuan motorsport Indonesia,” tutup Jeffrey. (tim mobilinanews)