mobilinanews (Spanyol) - Fakta musim 2020 ini. Tanpa Marc Marquez memang Honda tak ada apa-apanya di MotoGP. Benar-benar terpuruk. Benarkah RC213V dibuat dan hanya cocok buat Marquez?
Tujuh seri balap bergulir musim ini. Honda dalam kejuaraan tim berada di urutan paling bawah. Dalam kejuaraan konstruktor berada nomor dua dari bawah.
Dan, pada klasemen sementara pembalap, Takaaki Nakagami (LCR Honda) berada di posisi tertinggi dari 4 pembalap Honda. Padahal Nakagami membesut RC213V spesifikasi 2019.
Sangat kontras dengan musim di mana Marquez bermain sejak 2013 hingga 2019, selalu di jalur utama.
Kondisi terkini membuat semakin banyak yang percaya kalau Honda RC213V saat ini memang hanya bisa dikendalikan Marquez, bahkan ada yang menuding motor itu memang dibuat dan disesuaikan dengan riding style Marquez.
Para pembesut RCV macam Cal Crutchlow dan Jorge Lorenzo pun berpikir demikian.
Di sela-sela masa pemulihannya, rupanya Marquez kembali merasa perlu meluruskan pemikiran itu.
"Saat ini saya punya banyak waktu membaca. Saya membaca banyak komentar seperti itu. Bahwa motor ini dibuat untuk saya dan bla...bla...bla! Tentu tidak seperti itu," kata Marquez.
Saat berpasangan dengan Dani Pedrosa dulu, Marquez pernah mengatakan Honda lebih mendengar masukannya tak lain karena ia lebih cepat dari rekan setimnya. Satu hal wajar kalau yang tercepat jadi referensi.
Ia menyebut letak masalah bukan pada motornya, tapi bagaimana pembalap beradaptasi dengan motor tersebut.
Filosofi itu, kata Marquez, berlaku pada juara-juara Honda sebelum dirinya seperti Mick Doohan dan Alex Criville. Kesimpulan itu didapatnya karena bicara langsung dengan kedua juara dunia milik Honda itu.
"Motor MotoGP punya karakter berbeda satu sama lain. Untuk beradaptasi dan memahami karakter itu Anda harus membawanya hingga limit maksimal. Mencobanya dengan berbagai cara sampai didapatkan cara terbaik," tandasnya.
Jika melihat sepak terjangnya di sesi tes atau latihan, yang dikatakan juara dunia bertahan itu tentu benar adanya. Ia acap jatuh bangun dan bahkan berjumpalitan dengan RC213V-nya karena mencoba kemampuan maksimal motornya.
Dengan pengalaman jatuh-jatuhan itulah ia semakin paham titik kekuatan dan kelemahan besutannya.
Intinya, sebut Marquez, pada dasarnya Honda sudah membangun RC213V dengan hebat dan hanya pembalap yang mampu memahaminya yang bisa menggunakan kehebatan itu di saat lomba.
Berkaca dari apa yang dialami Lorenzo sepanjang 2019 bersama Repsol Honda, yang dikatakan Marquez pasti benar adanya. Lorenzo gagal beradaptasi dan memahami RCV meski berkali-kali jumpalitan dalam usahanya itu.
Bedanya adalah Marquez tak kapok jatuh dan terus berusaha mencari kesesuaian.
Sebaliknya dengan Lorenzo yang kapok karena banyak celaka dan takut cidera parah nantinya, sehingga akhirnya undur diri dalam masa kontrak berjalan. (rnp)