
mobilinanews (Inggris) - Kembali ke level atas kompetisi. Itu yang paling membahagiakan Enea Bastianini usai double winning, sprint dan main race GP Inggris di Sirkuit Silverstone.
Ia memenangi sprint race untuk kali pertama sejak diperkenalkan tahun lalu. Pada raceday Minggu (4/8) rider tim pabrikan Ducati itu pun mencetak kemenangaperdana na pada musim 2024. Tentu saja ini double winning pertamanya, mengawinkan gelar kampiun sprint dan main race.
Efek cidera panjang sejak awal musim 2023 (membuatnya tampil di bawah form sepanjang musim) sepertinya mulai hilang. Tinggal sedikit pegal pada tangan kanan jika terlalu banyak di lintasan.
Performa Bastianini kini mulai harus dioerhitungkan. Itu diakui Jorge Martin (Pramac Ducati) yang dikalahkan Bastianini secara dramatis di Inggris.
"Ia kini berada di planet berbeda. Saat motornya mendekat saya coba bertahan, tapi kecepatannya memang luar biasa," kata Martin yang finish P2 saat main race dan itu cukup membuatnya kembali ke puncak klasemen sementara dengan balik unggul 3 poin atas Francesco Bagnaia (Lenovo Ducati).
Pulang dari Silverstone dengan poin tambahan sebanyak 37, membuat posisi Bastianini semakin kuat di peringkat 3 kejuaraan dengan total poin 192. Menjauh dengan gap 13 poin dari Marc Marquez (179) dan merapat ke Bagnaia dan Martin dengan marjin 46 dan 49 poin dari Bagnaia dan Martin. Menjadikannya sebagai penantang potensial untuk berebut gelar tahun ini.
Selisih di bawah 50 poin bukanlah jumlah signifikan dengan format dua balapan setiap seri MotoGP dengan perolehan poin maksimal 37 seperti dicetak Bastianini kali ini.
Itu sekaligus sinyal bahaya buat Bagnaia. Meski satu tim, Bastianini bakal bisa bermain lepas tanpa beban motal kepada Bagnaia maupun Ducati karena tahun depan ia sudah pindah ke tim KTM Tech3. Sebaliknya justru jadi penyemangat ya, setidaknya menunjukkan kepada Ducati kalau telah salah memecatnya.
Mungkin Bagnaia belum merasa Bastianini sebagai ancaman. Pasalnya, kekalahan di Silverstone bukan karena kesalahannya, tapi faktor ban yang kurang mumpuni dalam pertarungan 20 laps di Sirkuit berkarakter cepat.
"Sulit menjaga stabilitas ban. Kemarin (saat sprint) saya terjatuh. Saya tak ingin terjadi lagi dan berpikir sebaiknya utamakan mencapai finish saja," dalih Bagnaia.
Bastianini sendiri mengaku belum memikirkan perebutan gelar meski kesempatan terbuka ksrena jadwal balapan masih ada 10 lagi hingga akhir musim.
"Sulit mengalahkan Pecco (Bagnaia) dan Jorge. Mereka jauh lebih konsisten dibandingkan saya," kata eks punggawa tim Gresini Ducati itu.
"Saat ini saya sudah sangat senang kembali ke level atas kompetisi dan percaya diri ke race berikutnya. Saya hanya perlu memperbaiki diri di sesi kualifikasi. Jika dalam beberapa seri mendatang ada kesempatan berebut gelar, ya kita tunggu saja."
Ya, Bastianini bisa bilang begitu. Tapi, jika efek cideranya tak lagi ada dan kenyamanan di atas GP24 semakin oke, tak berlebihan menempatkannya sebagai kuda hitam di antara rivalitas Bagnaia dan Martin sebagai sesama pembesut GP24.
Pada musim 2022 dan masih gabung Gresini dengan motor GP21, Bastianini bisa beberapa kali mengalahkan Bagnaia yang saat itu menggeber Ducati terbaru, Desmosedici GP22.
Sayang, saat promosi ke tim pabrikan dan sama-sama pakai GP23, Bastianini tak bisa unjuk diri lantaran kecelakaan fatal di awal musim.
Kini ia punya kesempatan lagi untuk.mengancam Bagnaia, kali ini lebih serius karena terkait gelar juara dunia.
Apakah ancaman itu semakin besar atau sebaliknya kembali pudar, ujian terdekat akan dilalui dalam GP Austria mendatang. (rn)