mobilinanews (San Marino) - Marah kepada diri sendiri, Francesco Bagnaia belajar dari kekalahan telak di sesi sprint race GP San Marino. "Jorge (Martin) tak lebih kencang. Ia hanya bekerja lebih baik (di garis start)," katanya.
Pemegang pole position dengan mencetak rekor baru di Sirkuit Misano, Bagnaia merasa kekalahannya sudah terjadi selepas start dan itu kesalahannya sendiri yang telat berakselerasi. Di saat sama, Martin yang start dari P4 melejit bagai torpedo dan langsung memimpin.
"Kecepatan kami relatif sama, karena itu . tak ada kesempatan menyalip. Ia tak lebih kencang dari saya," kata Bagnaia yang tak sekali pun tampak mengancam posisi Martin dalam 13 lap durasi balapan.
Ia coba meningkatkan kecepatan, tapi berakibat pada berkurangnya grip roda depan karena panas. Dan, semakin repot karena motornya menghirup udara kotor dari knalpot motor lawannya.
"Saat melaju sendirian tak masalah. Beda saat dekat di belakang motor lain. Karena itu saya putuskan bermain aman."
"Dengan apa yang terjadi di Aragon, saya harus puas dengan finish kedua. Hanya kehilangan 3 poin. Yang paling penting adalah main race. Saya tak boleh lakukan kesalahan lagi, sekecil apa pun," imbuh Bagnaia yang berencana memilih ban berkompon medium untuk arungi lomba sebanyak 27 laps pada Minggu (8/9) ini.
Ia lebih percaya diri pakai kompon itu ketimbang soft tyre. Ia telah mengujinya saat menjajal race pace pada latihan Jumat lalu.
Marc Marquez (Gresini Ducati) yang sejatinya adalah musuh Bagnaia, membela alibi pembalap Italia itu seputar udara dan kesulitannya menyalip.
"Di Sirkuit Misano yang sempit ini, Anda minimal punya kecepatan lebih dari 0,5 detik agar bisa menyalip. Jika hanya lebih cepat 0,1 atau 0,2 detik per lap, tak mungkin menyalip," ucap Marquez kepada TNTSport dan menyebut itulah yang jadi kendala Bagnaia melawan Martin.
Ia menandaskan itu pula sebabnya ia hanya mampu finish P5 setelah memulai balapan dari P9. Padahal, sebelum ini ia beberapa kali start dari bagian tengah starting grid namun bisa menembus podium. Ia pun membenarkan faktor udara tadi, tak terlihat tapi berpengaruh pada kinerja motor.
Buat Bagnaia tak ada yang bisa dilakukan selain fight keras dan aman pada balapan hari ini. Dukungan penonton seantero Misano dan kehadiran sang guru, Valentino Rossi, pastinya memberi motivasi dan semangat tarung yang berlebih.
"Sangat penting untuk meraih poin yang hilang (dengan mengalahkan Martin)," imbuh Bagnaia yang selama ini memang lebih suka balapan panjang ketimbang sprint race.
Jika kalah lagi, maka situasi Bagnaia dalam kontestasi perebutan gelar 2024 akan masuk zona kritis. Saat ini saja ia sudah tertinggal 26 poin, sementara serial balap MotoGP tahun ini hanya tersisa 6 balapan seusai seri San Marino. (rn)