MotoGP 2024 Indonesia: Di Sirkuit Mandalika, Sejarah Baru dan Masa Depan Jorge Martin Ikut Ditentukan

Rabu, 25/09/2024 17:50 WIB | Rulin purba
Jorge Martin (Pramac Ducati), kesempatan juara dunia hanya terbuka tahun ini, sekarang atau tidak sama sekali. (Foto: ist)
Jorge Martin (Pramac Ducati), kesempatan juara dunia hanya terbuka tahun ini, sekarang atau tidak sama sekali. (Foto: ist)

mobilinanews (Indonesia) - GP Indonesia di Sirkuit Mandalika akhir pekan ini terbilang krusial dalam perjalanan Jorge Martin mengukir sejarah baru: satu-satunya rider tim satelit menjadi juara dunia MotoGP.

Pembalap tim Pramac Ducati itu unggul 24 poin atas juara dunia bertahan Francesco Bagnaia di klasemen sementara. Selisih poin yang terbilang signifikan karena hanya tersisa 6 balapan hingga akhir musim 2024.

Sialnya, Mandalika di Pulau Lombok itu bukan trek yang ramah buat Martin. Dua kali tampil di sana, dua-duanya  berakhir retire. Tahun lalu, misalnya,  Martin hanya menang di sprint race sementara di balapan utamanya Bagnaia yang juara.

Akibatnya, Bagnaia sukses menambah keunggulan jadi 18 poin dari tadinya hanya unggul 3 poin seusai seri Jepang. Hasil akhirnya semua tahu Bagnaia yang juara dunia.

Martin tentu paham situasinya saat ini. Harus cerdas memenej keunggulan poin saat ini hingga akhir musim. Di Mandalika ia tak boleh DNF lagi, tak apa bermain aman. Yang penting tidak kehilangan banyak poin dari Bagnaia.

"Ya, sekarang saya sudah lebih matang. Prioritas adalah tetap di puncak klasemen hingga akhir musim," kata Martin.

Kalaupun harus fight keras, pastinya ia tahu dimana nanti harus dilakukan pada 5 sirkuit berikutnya. Bukan di Mandalika. Kecuali jika di sesi latihan dan kualifikasi ia benar-benar yakin bisa mengalahkan Bagnaia tanpa harus menghadapi resiko besar. Kecuali juga kalau ia tak trauma dengan dua kegagalan sebelumnya di Sirkuit kebanggaan Indonesia itu.

Pemilik tim Pramac Ducati Paolo Campinoti pun melihat kematangan Martin pada saat ini. Tak lagi mudah terpancing meski agresivitasnya tetap ada namun sudah lebuh terkontrol.

"Ia semakin dewasa. Motivasinya menjadi juara dunia sangat besar dan ia layak mendapatkannya. Ia merasa diperlakukan tak adil (oleh Ducati) dan kami mendukungnya," kata Campinotti yang salah satu alasan timnya pindah ke Yamaha tahun depan karena Ducati lebih memilih Marc Marquez ketimbang Martin ke tim pabrikan Ducati tahun depan.

Hal sama diakui Martin. Motivasinya sangat besar untuk mengalahkan Bagnaia di kejuaraan dunia, sekaligus untuk membalas sakit hatinya kepada Ducati.

"Saya tak perlu membuktikan apa-apa lagi kepada Ducati. Mereka tidak menghargai perjuangan keras saya selama ini. Hanya satu hal saja yang ingin saya buktikan, bahwa mereka salah telah mengabaikan saya," tegasnya.

Tahun ini adalah kesempatan besar atau bahkan kesempatan satu-satunya Martin untuk menjadi juara dunia. Tahun depan ia membalap untuk tim pabrikan Aprilia yang bisa jadi dalam beberapa musim ke depan belum sekompetitif Ducati.

Dan, perjuangan Martin tinggal 6 seri balap lagi. Dimulai dari Mandalika akhir pekan ini. Bukan lagi hanya kecepatan dan skill balapnya yang diuji, tetapi juga kecerdasan mengelola keunggulan poin sekarang ini.

Jika  bukan tahun ini lewat Martin dan Pramac, entah kapan lagi seorang joki satelit bisa tarung di kejuaraan dunia seperti yang sudah ia lakukan. (rn)