mobilinanews (Jakarta) – Soal mobnas (mobil nasional) sudah tidak relevan lagi. Pasalnya, kepemilikan saham Agen Pemegang Merek (APM) saat ini sudah hampir sepenuhnya milik investor asing. Dan bukan pekerjaan mudah untuk melakukan transfer teknologi dalam industri otomotif.
Demikian intisari dari perbincangan dengan Menteri Perindustrian Saleh Husin dalam sebuah wawancara khusus dengan mobilinanews di Joglo Beer, Kemang, Kamis (8/0) malam lalu.
“Mobnas atau tidak sekarang ini menjadi tidak begitu relevan. Tapi bagaimana bisa mengembangkan industri otomotif di Indonesia menjadi lebih maju, menciptakan peluang kerja lebih banyak dan produksi kendaraan bisa berkembang lebih besar lagi,” ujar Saleh.
Menurut Menperin, indikasi di atas sudah bisa dinyatakan berhasil. Maka itu tugas pemerintah untuk menciptakan iklim usaha lebih baik dengan banyak memberi insentif agar industri otomotif dalam negeri bertumbuh.
“Harus banyak memberi insentif. Lalu, pemerintah juga telah menurunkan harga elpiji, menurunkan harga solar dan beberapa kebijakan yang mendorong industri di Indonesia,” lanjut menteri dari Partai Hanura ini.
Saleh mendiskripsikan, Malaysia yang memiliki Proton saja tidak bisa berkembang dengan baik. Dan Malaysia lanjutnya juga tidak bisa membuat mesin sendiri. Secara basic, mobil Proton mengadopsi mesin dari Mitsubishi.
Australia yang memiliki mobil Holden juga tidak bisa berkembang. “Ini karena industri kendaraan sudah dipegang dan dikuasai dari Jepang, Amerika dan Eropa. Lalu, apakah cukup hanya dengan kita menggabung-gabungkan suku cadang dan part lalu menjadi mobnas?” ungkapnya.
Kenyataannya, industri otomotif itu memang padat modal alias membutuhkan kapital yang tidak sedikit. Belum lagi susahnya transfer tehnologi. Makanya sekali lagi Menperin menanyakan apakah kita bisa membuat mesin mobil sendiri?
Tentang pameran otomotif yang tahun depan akan berkembang menjadi dua yakni yang digelar Dyandra Promosindo di JI-Expo Kemayoran (IIMS) dan Seven Event di ICE BSD City, Menperin menilai akan berimplikasi positif.
“Sejak awal saya minta tidak bareng. Tapi kan susah kemarin itu. Maka kalau tahun depan jadwalnya berbeda, apalagi dalam rentang hampir setengah tahun, ya lebih bagus,” tutur Saleh.
Yang jelas, dengan sekarang ada dua pameran otomotif akbar di Indonesia, akan menumbuhkan industri otomotif di Indonesia.
Apalagi dengan potensi Indonesia besar dalam jumlah penduduk, pendapatan perkapita yang meningkat serta target penjualan kendaraan menjadi 2 juta per tahun yang ditargetkan pada 2020 mendatang.