mobilinanews (Thailand) - Semakin mendekati akhir kompetisi, persaingan perebutan gelar antara Jorge Martin dengan Francesco Bagnaia semakin panas. Selisih 20 poin saat ini masih sangat mungkin diperketat ke dua seri selanjutnya.
Dipastikan keduanya tetap fight tetapi harus menghindari resiko yang tidak perlu. Resiko yang datangnya bukan hanya dari diri sendiri, tapi juga bisa datang dari pembalap lain.
Itu yang jadi catatan tersendiri buat Martin. Joki tim Pramac Ducati itu punya pengalaman pahit yang akibatnya hilang 10 poin penting.
Yang pertama adalah duelnya dengan Enea Bastianini (Lenovo Ducati) di GP San Marino. Bastianini berjuang menyalipnya dari sisi dalam sebuah tikungan, pada lap terakhir. Motor dan badan mereka bersentuhan, dengan akibat Martin terdesak ke luar lintasan.
Akibatnya, Bastianini lebih dulu mencapai finish. Martin P2 yang artinya kehilangan 5 poin dari 25 angka yang seharusnya ia dapat jika P1.
Berikutnya terjadi di GP Australia. Nyaris sama kejadiannya meski tak terjadi di lap terakhir. Kali ini pelakunya adalah Marc Marquez (Gresini Ducati).
Dari sisi dalam tikungan, Marquez memepet dan menyalip Martin. Meski berusaha melawan, akhirnya Martin harus finish P2 lagi. Lagi-lagi kehilangan 5 poin.
:Ada perbedaan dari kedua kasus itu. Di Misano, Enea merampok 5 poin yang harusnya milik saya. Di Australia, Marc bermain agresif tapi ia tak menyentuh badan atau motor saya. Itu okay saja, ia memainkan kartunya dan berhasil," kata Martin.
"Pada posisi saya saat ini, sangat sulit bertarung dengan pembalap seperti Enea dan Marc. Mereka hampir tak punya beban kehilangan apa pun, jadi mereka sama sekali tak peduli jika terjadi kecelakaan."
Martin sendiri tentu harus ekstra waspada karena celaka bisa berarti petaka karena seri lomba semakin sedikit. Ia hanya ingin memetik poin sebisanya dan ogah ambil resiko. Jika ia kalah kencang dari Bagnaia maka yang ia akan lakukan bukan ngotot melawan, tetapi berusaha agar sesedikit mungkin kehilangan poin.
Bagaimana dengan Bastinini dan Marquez?
"Mari tunggu saja apakah saya akan tiba di lap terakhir bersama Marc atau seseorang lainnya," imbuh Martin tanpa menyebut seseorang itu adalah Bastianini.
Rider asal Spanyol itu juga mengakui kalau ia mulai gugup dalam situasi saat ini. Tak lain karena ia suka membayangkan kemungkinan apa yang akan terjadi dan memikirkan antisipasinya.
:Saya nervous. Tapi, begitu naik motor ke lintasan, semua gangguan itu hilang."
"Saya tak mau diusik oleh hitung-hitungan poin (di klasemen) karena itu tak ada gunanya. Saya hanya ingin kencang dan kompetitif," tegasnya.
Hitungan poin memang sangat krusial jelang race GP Thailand. Dengan keunggulan 20 poin saat ini, penting buat Martin untuk menambah keunggulan signifikan atas Bagnaia di Sirkuit Buriram.
Jika itu terjadi maka terbuka kesempatan Martin memastikan gelar juara dunia MotoGP 2024 di GP Malaysia tanpa harus menunggu seri pamungkas di Valencia.(rn)