
mobilinanews (Jakarta) - Penjualan kendaraan listrik di pasar global memasuki babak baru ketika produsen otomotif asal Tiongkok, BYD, berhasil melampaui Tesla dalam hal pendapatan kuartalan untuk pertama kalinya.
BYD melaporkan pendapatan kuartal ketiga yang berakhir pada 30 September sebesar 201,12 miliar yuan atau setara dengan US$ 28,24 miliar, meningkat sekitar 24% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Angka tersebut menyalip pendapatan Tesla untuk periode yang sama yang dilaporkan sebesar US$ 25,18 miliar.
Menurut laporan CNBC, Jumat (1/11), pencapaian ini merupakan tonggak bersejarah bagi BYD, produsen kendaraan listrik yang berbasis di Beijing.
Meskipun tren penjualan EV sempat melambat di daratan Tiongkok, BYD tetap mampu mencetak rekor penjualan kendaraan penumpang.
Sekitar setengah dari penjualan BYD masih didominasi oleh kendaraan hibrida plug-in, berbeda dengan Tesla yang hanya memproduksi kendaraan listrik murni berbasis baterai.
Ini menunjukkan preferensi konsumen yang lebih beragam di Tiongkok, terutama pada kendaraan hibrida.
Namun, dalam hal laba bersih, Tesla masih memegang kendali. Perusahaan yang berbasis di Amerika Serikat ini melaporkan laba bersih sebesar US$ 2,18 miliar dari Juli hingga September, mengalami kenaikan sekitar 16,2% dari tahun lalu.
Sementara itu, laba BYD naik 11,5% menjadi 11,6 miliar yuan atau sekitar US$ 1,63 miliar untuk periode yang sama.
Jika dilihat dari skala tahunan, Tesla masih memimpin dengan pendapatan total sebesar US$ 71,98 miliar dibandingkan dengan pendapatan BYD yang mencapai sekitar US$ 70,53 miliar.
Persaingan kedua produsen kendaraan listrik ini semakin ketat, terutama di pasar otomotif terbesar dunia, Tiongkok.
Di negara ini, Tesla dan BYD bersaing secara langsung untuk menguasai pasar kendaraan listrik.
Model Y Tesla masih menempati posisi teratas sebagai mobil listrik murni terlaris di Tiongkok pada September, sementara model Seagull BYD menempati posisi kedua.
Namun, persaingan antara produsen kendaraan listrik Tiongkok dan produsen lainnya di Eropa juga semakin panas, seiring dengan keputusan Uni Eropa yang menaikkan tarif impor kendaraan listrik dari Tiongkok.
Tarif tambahan ini diterapkan mulai minggu ini, dengan tujuan untuk melindungi produsen otomotif lokal.
Tarif tambahan tersebut berkisar antara 7,8% hingga 35,3% di atas tarif dasar 10%, tergantung pada produsen.
Bagi Tesla, tarif tambahan berada di angka 7,8%, sedangkan bagi produsen Tiongkok lain seperti SAIC Motors, tarifnya mencapai hingga 35,3%.
Langkah ini diperkirakan akan memperketat persaingan, karena biaya impor kendaraan listrik dari Tiongkok ke Eropa meningkat.
Peningkatan tarif yang dikenakan Uni Eropa menjadi tantangan bagi BYD dan produsen kendaraan listrik Tiongkok lainnya yang sedang berupaya memperluas pasar mereka ke luar negeri di tengah persaingan ketat dan penurunan insentif EV di pasar dalam negeri Tiongkok.
Melihat perkembangan ini, persaingan antara Tesla dan BYD tampaknya akan terus berlanjut dengan strategi yang semakin intens di tahun-tahun mendatang.