mobilinanews (Spanyol) - Final race serial MotoGP 2024 dijadwalkan pada Minggu, 17 November, di Solidarity Grand Prix of Barcelona, Spanyol. Tapi, ada alasan logis mengapa Jorge Martin harus paksakan kemenangan sehari sebelumnya.
Pembalap tim Pramac Ducati itu datang ke seri pengganti GP Valencia ini sebagai penguasa klasemen dengan keunggulan 24 poin atas rivalnya, pembalap pabrikan Ducati Francesco Bagnaia.
Itu artinya Martin bisa merebut gelar dunia 2024 pada sesi sprint race, Sabtu (16/11) jika finish sebagai juara. Dapat 3 poin tambahan dengan asumsi Bagnaia finish runner up. Dengan keunggulan 27 angka, itu tak terkejar Bagnaia meski juara di main race dengan ganjaran 25 poin. Martin sudah bisa leyeh-leyeh pada main race karena nilai poinnya tak lagi bisa disalip Bagnaia meski tampil sebagai juara.
Melihat penampilan Martin pada main race GP Malaysia pekan lalu, jelas sekali ia tak bermain aman dengan hanya memenej keunggulan poin pada saat itu, 29 angka. Ia siap.ambil resiko dengan fight keras, wheel to wheel melawan Bagnaia dalam beberapa lap meski akhirnya kalah ke garis finish.
Besar kemungkinan ia memilih habis-habisan pula untuk menjadi pemenang di sprint race dengan beberapa alasan. Pertama karena ia justru khawatir jika mengubah penampilan aslinya. Bisa tak fokus dalam balapan.
"Ini race terakhir, mendekati target kami. Tapi saya memperlakukan race ini sama saja dengan race sebelumnya. Bersiap diri sebaik mungkin dan super fokus dalam balapan," katanya.
Dengan memenangkan sesi sprint race, Martin akan dapat tambahan 12 poin sehingga keunggulannya menjadi 36 poin. Tak terkejar meski Bagnaia jadi runner up di sesi itu dan esoknya menjuarai main race. Poin yang Bagnaia dapat dari sprint sebagai runner up hanya 9 dan poin sebagai juara main race diganjar 25. Totalnya 34 alias tetap saja kalah 2 angka meskipun Martin kalah telak atau nonton saja di balapan utama.
Kalaupun tak menjadi juara, Martin akan tetap mengunci gelar jika finish di depan Bagnaia dengan selisih minimal 2 angka.
Alasan lainnya adalah fakta dimana sepanjang musim ini Martin sangat menonjol di kancah sprint race. Ia menjadi raja balapan pendek itu, sementara ajang main race dikuasai Bagnaia yang sudah meraih 10 kemenangan musim ini
Dan, alasan logis lainnya adalah faktor resiko. Martin sebaiknya ambil resiko di sesi sprint ketimbang balapan utama. Jika fight keras di sprint dan kemudian apes, katakanlah jatuh atau gagal dapat poin sementara Bagnaia juara, maka Martin hanya kehilangan 12 poin. Masih unggul 12 poin ke balapan utama. Dan, akan tetap jadi juara dunia meski masuk finish P2 atau P3 sementara Bagnaia juara.
Mengapa Martin harus memaksakan diri merebut gelar pada saat sprint race, tak lain karena dirinya justru sangat beresiko jika pertarungan berlanjut ke balapan panjang. Salah satunya karena Bagnaia lebih jago di balapan panjang dan Mei lalu jadi juara GP Catalunya di trek sama. Beda dengan Martin yang belum pernah menang di sirkuit itu.
Resiko lain adalah ban Michelin. Pabrikan Prancis ini harus memproduksi ban konstruksi baru setelah ada kepastian GP Valencia pindah ke trek Barcelona. Pasti beda denga karakter ban di GP Catalunya lalu karena cuaca di November ini lebih teduh dibandingkan Mei lalu.
Menarik dan sekaligus tantangannya, ban baru itu hanya bisa dijajal pembalap pada sesi latihan FP1 pada Jumat (15/11). Waktu beradaptasi hanya sedikit karena sesi selanjutnya sudah harus pol-polan di Practice, kualifikasi dan race.
Itu semua skenario logis yang layak dijalankan Martin. Apakah benar-benar ia jalankan, ya pasti menarik menunggunya sembari ngopi bareng. (rn)