
mobilinanews (Belanda) - Setelah menjadi isu panas berbulan-bulan, akhirnya Max Verstappen mengaku secara terbuka kalau ia dan bos tim Mercedes Toto Wolff telah duduk bersama.
Lewat saluran televisi Belanda, Viaplay, Verstappen menyebut telah duduk bareng dan diskusi dengan Wolff tanpa menyebut kapan dan dimana. Namun ia menyebut hasilnya konstruktif.
Bukan rahasia lagi kalau Wolff sangat bernafsu menarik Verstappen ke tim Mercedes setelah Lewis Hamilton memutuskan hengkang ke Ferrari. Kapan pun Verstappen mau, kata Wolff, pintu di Mercedes terbuka untuknya.
"Saya akui kami telah berbicara. Duduk bersama, bicara terbuka satu sama lain. Sebuah diskusi yang konstruktif, " kata pemegang gelar juara F1 4 kali berturut pada 2021 hingga 2024 itu.
"Tim besar selalu menarik. Tetapi saya juga berada dalam tim yang sangat besar (Red Bull Racing). Saya meraih banyak sukses bersama, saya loyal dan merasa nyaman di sini," tegasnya sambil menyebut RBR seperti keluarga kedua dalam kehidupannya saat ini.
Artinya, pada saat diskusi dengan Wolff itu Verstappen tidak tertarik pada tawaran Mercedes meski dengan insentif dan fasilitas top.
Namun itu tak berarti kalau di masa berikutnya tak ada perubahan. Karena sebelumnya Verstappen juga mengatakan tak ada yang tahu apa yang akan terjadi berikutnya.
"Saya punya kontrak di RBR hingga 2028 dan saya ingin menuntaskannya sepanjang saya masih merasa nyaman."
Nyaman yang ia maksud adalah performa mobil yang diberikan RBR. Sepanjang kompetitif dan memberinya kemenangan dan potensi meraih gelar, ia akan ikut.
Pernyataan itu adalah sinyal bahwa kepindahan Verstappen terbuka pada musim 2026 atau 2027 jika performa RBR dengan pabrikan baru, Ford, tak seperti harapannya.
Karena itu Wolff pun bersabar dan dalam saat yang sama menyiapkan mobil yang kencang berdasarkan regulasi teknis baru yang diterapkan FIA mulai 2026.
"Mobil paling kencang. Itu satu-satunya yang paling menarik buat pembalap seperti Max. Kami harus menyediakan mobil seperti itu untuk merekrutnya," komentar Wolff pada saat yang berbeda.
Pengakuan Verstappen soal 'duduk bareng yang konstruktif' itu membuka potensi Verstappen hengkang dari RBR jika serial RB yang disediakan RBR tak lagi kompetitif. Dan, itu bisa terjadi di akhir musim 2025.
Pasalnya, musim 2024 ini saja RB20 tak segarang yang diinginkan Verstappen. Tak sedominan pendahulunya, RB19 yang memborong 21 kemenangan dari 22 putaran F1 2023.
Pada tahun ini Verstappen sempat tak meraih kemenangan dalam 10 balapan beruntun meski pada akhirnya sukses mempertahankan gelar pembalap, namun gagal mempertahankan trofi kejuaraan konstruktor.
Saat yang sama, Mercedes dengan besutan W15 mulai menggeliat dengan beberapa kemenangan di 2024. Jika pabrikan Jerman ini beri tanda-tanda lebih positif ketimbang RBR memasuki era baru 2026 dan seterusnya, bisa jadi itulah saat tepat Verstappen ganti kemudi.
Tak lain karena kepindahan itulah yang nanti memungkinkan pria Belanda berusia 27 tahun itu bisa terus memproduksi gelar juara dunia F1. Sampai pada rekor 7 gelar dunia seperti saat ini dipegang Michael Schumacher dan Hamilton.
Isu potensi kepergian Verstappen sebenarnya bukan karena godaan Mercedes. Tapi, justru didorong oleh rasa tak nyamannya yang mulai terganggu.
Itu diawali oleh skandal internal yang mengguncang elit tim RBR sebagai buntut dugaan pelecehan Team Principal Christian Horner terhadap staf. Dampak berikutnya adalah kepergian desainer top Adrian Newey dari RBR yang kemudian disusul beberapa engineer penting lainnya, termasuk yang selama ini berada di lingkaran Verstappen. (rn)