Mantan CEO Nissan Sebut Rencana Merger Nissan Honda, Keputusan Putus Asa

Senin, 23/12/2024 11:10 WIB | Wilfrid Kolo
Mantan CEO Nissan Carlos Ghosn bicara soal merger Nissan dan Honda
Mantan CEO Nissan Carlos Ghosn bicara soal merger Nissan dan Honda

mobilinanews (Jakarta) - Mantan CEO Nissan Carlos Ghosn menyebut potensi merger merek Nissan dan Honda yang santer diberitakan sebagai "langkah putus asa."

Sebelumnya, kedua produsen mobil tersebut dilaporkan sedang dalam pembicaraan karena Nissan berjuang untuk menavigasi kondisinya saat ini yang disebutnya sebagai "mode darurat."

Ghosn nampaknya tahu kondisi Nissan sebenarnya. Hal itu tentu berkaitan dengan penurunan bisnis yang membawanya dalam kesulitan.

Mantan CEO Nissan tersebut telah menyatakan bahwa produsen mobil tersebut dalam "mode darurat," yang menandakan krisis di seluruh perusahaan. Sebagai tanggapan, Nissan berencana untuk memangkas 9.000 pekerjaan, hingga menunda produk yang akan datang.

Langkah lainnya adalah berusaha keras untuk menemukan pendukung keuangan baru guna menstabilkan operasinya. Seolah itu belum cukup, perusahaan tersebut tampaknya sedang menjajaki merger dengan Honda.

Menanggapi persoalan Nissan itu, mantan CEO Nissan Carlos Ghosn, mengungkap bahwa situasi ini merupakan masalah besar bagi Nissan, dan tampaknya, Honda tidak begitu bersemangat untuk terlibat.

"Ini adalah langkah yang putus asa. Ini bukan kesepakatan yang pragmatis karena sejujurnya, sinergi antara kedua perusahaan tersebut sulit ditemukan. Praktis tidak ada [hubungan] yang saling melengkapi antara kedua perusahaan, karena mereka berada di pasar yang sama, dengan produk yang sama pula,” kata Ghosn saat diwawancarai Bloomberg Television, Jumat lalu.

“Jadi dari satu sisi, Nissan ada dalam langkah putus asa untuk mencoba menemukan masa depan. Dan dari sisi lain, Honda, yang saya pahami dengan baik, mereka tidak terlalu bersemangat dengan langkah ini,” lanjut Ghosn.

Yang ia maksud adalah Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri. Intinya, Ghosn yakin bahwa METI menekan Honda untuk melakukan kesepakatan ini karena pada akhirnya akan membuat salah satu merek terbesar Jepang tetap hidup.

“Setelah tinggal di Jepang selama bertahun-tahun, saya mengerti betapa berpengaruhnya METI,” jelas Ghosn.

Menurutnya, tidak ada logika industri di dalamnya, tetapi ada saatnya mereka harus memilih antara kinerja dan kendali. Jelas, jika merek tidak bisa mendapatkan keduanya, itu lebih baik.

"Ada saat-saat ketika Anda harus memilih, dan tanpa diragukan lagi, dengan METI dan semua yang saya ketahui darinya, mereka lebih suka kontrol daripada kinerja. Jadi, mereka mendorong Honda ke dalam kesepakatan itu, tanpa diragukan lagi,” bebernya.

Gosn memang punya perjalanan pahit dengan Nissan, namun ia terlihat memiliki wawasan yang cukup matang tentang masalah ini. Bahkan pada Agustus lalu, ia pernah mengatakan bahwa kesepakatan ntara Nissan, Honda dan Mitsubishi adalah pengambil alihan terselubung oleh Honda atas perusahaan lainnya.