Ini Dia Perbedaan Utama PHEV dan Mobil Hybrid Konvensional yang Harus Kamu Tahu

Kamis, 06/02/2025 09:10 WIB | Ade Nugroho
Ini Dia Perbedaan Utama PHEV dan Mobil Hybrid Konvensional yang Harus Kamu Tahu
Ini Dia Perbedaan Utama PHEV dan Mobil Hybrid Konvensional yang Harus Kamu Tahu

mobilinanews (Jakarta) – Dalam beberapa tahun terakhir, kendaraan hybrid menjadi semakin populer di Indonesia. Namun, di bulan Januari 2025, perhatian banyak orang tertuju pada dua mobil Plug-in Hybrid Electric Vehicle (PHEV) terbaru yang resmi diperkenalkan, yaitu Jaecoo J7 PHEV dan Mazda CX-80 PHEV.

Meskipun sama-sama masuk kategori mobil hybrid, sistem PHEV punya perbedaan mendasar dibandingkan dengan hybrid konvensional seperti milik Toyota atau Hyundai. Apa saja perbedaannya? Yuk, kita bahas lebih lengkap!

Baterai Lebih Besar, Jarak Tempuh Lebih Jauh

Menurut Glen Reinner, Product & Dealer Marketing Assistant Manager PT Eurokars Motor Indonesia (EMI), perbedaan paling utama antara PHEV dan hybrid konvensional terletak pada kapasitas baterainya.

Mobil PHEV memiliki baterai yang jauh lebih besar dibandingkan hybrid konvensional. Dengan kapasitas yang besar, mobil PHEV mampu bergerak menggunakan tenaga listrik sepenuhnya dalam jarak tempuh yang lebih jauh.

“Kalau hybrid konvensional, mode EV atau electric range-nya pendek,” jelas Glen.

Sebaliknya, hybrid konvensional hanya mengandalkan baterai kecil yang fungsinya lebih untuk mendukung efisiensi bahan bakar daripada memberikan mode berkendara listrik penuh.

Soket Charger Eksternal untuk Pengisian Daya

Perbedaan besar lainnya ada pada metode pengisian daya. Mobil PHEV dilengkapi dengan soket charger eksternal, memungkinkan pengisian daya baterai langsung dari sumber listrik eksternal seperti di rumah atau stasiun pengisian daya.

Hal ini tidak ditemukan pada hybrid konvensional, karena baterainya yang kecil sudah cukup diisi menggunakan sistem pengisian daya internal.

“Mobil PHEV biasanya punya dua cover pengisian: satu untuk bahan bakar dan satu lagi untuk soket charger baterai,” kata Glen.

Dengan soket charger, baterai PHEV bisa terisi penuh lebih optimal dan memberikan jarak tempuh lebih maksimal dalam mode listrik.

Sistem Regenerasi dan Pengisian Internal

Meskipun PHEV memiliki soket charger, baterainya tetap bisa diisi ulang secara internal saat mobil berjalan. Sistem regenerasi pada PHEV menggunakan mesin sebagai generator atau memanfaatkan proses deselerasi dan pengereman (regenerative braking) untuk menghasilkan arus listrik.

“Ketika mesin aktif, bisa berfungsi sebagai generator. Begitu juga saat pengereman, ada energi yang diubah menjadi listrik untuk mengisi daya baterai,” tambah Glen.

Hybrid konvensional juga memiliki sistem regenerative braking, tetapi tanpa soket charger eksternal. Baterai kecil pada hybrid konvensional cukup diisi melalui mesin dan regenerative braking.

Mana yang Lebih Cocok untuk Kamu?

Perbedaan ini membuat PHEV menjadi pilihan yang lebih cocok untuk pengendara yang ingin menikmati perjalanan bebas emisi dalam jarak jauh, terutama di perkotaan. Dengan mode EV yang lebih panjang, PHEV mampu memberikan pengalaman berkendara yang lebih ramah lingkungan.

Namun, hybrid konvensional masih menjadi solusi yang praktis bagi mereka yang ingin efisiensi bahan bakar tanpa perlu repot mengisi daya dari sumber eksternal.

Kesimpulan: Pilih yang Sesuai Kebutuhan

Baik PHEV maupun hybrid konvensional memiliki kelebihan masing-masing. Jika kamu ingin kendaraan yang lebih fleksibel, hemat energi, dan mendukung gaya hidup ramah lingkungan, PHEV adalah pilihan yang tepat. Namun, jika kamu menginginkan hybrid dengan sistem yang lebih sederhana dan tidak memerlukan pengisian daya eksternal, hybrid konvensional tetap menjadi opsi menarik.

Dengan semakin banyaknya pilihan kendaraan ramah lingkungan, kini saatnya kita sebagai konsumen menentukan mana yang paling sesuai dengan kebutuhan mobilitas kita. Jadi, kamu pilih yang mana: PHEV dengan fleksibilitas tinggi atau hybrid konvensional yang simpel?