
mobilinanews (Australia) - Dua sesi awal serial F1 2025, FP1 dan FP2 GP Australia, Jumat (13/3) menjadi milik Lando Norris (McLaren) dan Charles Leclerc (Ferrari). Keduanya tercepat di FP1 dan 2. Tak mengejutkan karena sesuai prediksi secara umum. Beda dengan pemegang 7 gelar F1, Lewis Hamilton.
Debut Hamilton di skuad The Prancing Horse menjadi penantian panjang penggemar F1 seantero bumi, terlebih lagi para tifosi di mana-mana. Tak sabar untuk memperbandingkan kecepatannya dengan Lecrec yang selama ini jadi golden boy Ferrari.
Ternyata, lagi-lagi Hamilton kalah dengan Leclerc seperti pada beberapa tes sebelumnya.
Di FP1, Leclerc finish P3 di belakang Norris dan Carlos Sainz (Williams), sementara Hamilton terpuruk di posisi ke-12. Selisih waktunya dengan Leclerc terpaut 0,6 detik. Aksi yang sama sekali tak mengesankan.
"Sangat sulit membelokkan mobil ini," keluh Hamilton lewat radio, dan belakangan diketahui kalau SF25 yang ia besut alami masalah oversteer.
Saat kembali ke garasi Ferrari dan keluar lagi, pembalap Inggris itu masih mengenakan helm kuning kebanggaannya. Ini pertanda umum yang biasanya menggambarkan seorang pembalap tengah frustasi.
Di FP2, giliran Leclerc menjadi number one. Ia mengalahkan duet McLaren Oscar Piastri sang local hero Australia dan Norris. Sedangkan Hamilton membaik, naik ke urutan 5. Melonjak 7 tingkat. Tapi, selisih waktu dengan Leclerc masih terbilang jauh, 0,4 detik.
Namun yang paling mengkhawatirkan adalah simulasi kedua joki Ferrari itu untuk sesi kualifikasi. Ternyata race pace Leclerc masih unggul meski ia memakai ban berkompon medium sementara Hamilton melaju dengan soft tyre.
Positifnya, Hamilton dan tim teknisnya sudah mengoleksi banyak data dari dua sesi awal itu. Ini akan mengintensifkan hubungan kerja Hamilton dengan para mekaniknya. Keluhan oversteer itu bukan hal aneh karena Hamilton memang sangat tidak menyukai bagian depan mobil yang sulit dijinakkan. Tak sesuai dengan driving style-nya dan oleh karena itu Ferrari membangun SF25 dengan memajukan area kokpit beberapa milimeter ke depan dan juga mengubah posisi suspensi depan.
Dan, seusai FP2, Hamilton mengakui ia masih butuh beradaptasi dengan perubahan itu. Terutama karena selama 12 tahun terakhir ia membesut Mercedes yang karakternya bertolak belakang dengan Ferrari. Ia ogah menyebut perbedaan Mercedes dengan Ferrari.
"Yang pasti berbeda, sangat berbeda. Ini hanya membutuhkan cara bawa mobilnya yang harus berbeda. Saya harus mengubah driving style sedikit demi sedikit, yang pasti di FP2 saya mulai merasa enjoy di atas mobil," katanya.
Hamilton dan tim teknisnya pun langsung membongkar dan membedah data teknis yang sudah terkumpul. Ini ujian bagi kedua belah pihak, terlebih feedback Hamilton untuk rujukan tim teknis mengembangkan mobil. Masih ada satu sesi latihan, FP3, pada Sabtu (14/3) pagi waktu Australia untuk bereksperimen. Jika masukan dan eksekusi mekaniknya klop, maka ada harapan Hamilton akan bikin kejutan di sesi kualifikasi pada sore harinya.
"Kami perlu berkembang sedikit demi sedikit lagi. Akan semakin enjoy bila itu dapat terpenuhi."
Ya, Hamilton hanya perlu tambahan speed kisaran 0,2 detik lagi untuk persiapan ke kualifikasi. Targetnya tak perlu muluk untuk berebut pole postion, posisi yang difaboritkan akan jadi milik Lecrec yang selama ini dikenal dengan julukan 'pole king'. Bisa dapat posisi start di second row saja sudah bagus untuk Hamilton di tengah rivalitas yang keras saat ini.
Hamilton bukan satu-satunya pembalap papan atas yang mengawali musim 2025 dengan hasil tak sesuai harapan. Juara dunia bertahan, Max Verstappen (Red Bull Racing), juga keteteran. Ia finish P5 di FP1 dan P7 di FP2. Tentu saja hal itu belum bisa mengesampingkan peluangnya untuk berebut front row pada kualifikasi esok. (r)