mobilinanews (Inggris) - Diam-diam para petinggi Red Bull Racing (RBR) menggelar rapat darurat di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, pada Selasa (25/3) lalu. Hasilnya baru diumumkan pada hari ini, Kamis (27/3). Salah satu keputusannya adalah mengganti team mate Max Verstappen.
Usai GP China lalu Helmut Marko bilang akan segera gelar rapat darurat di Milton Keynes, markas tim RBR di Inggris. Senior Advisor RBR itu antara lain menyebut perlunya mengevaluasi kinerja RB21 dalam dua race awal. Ia juga soroti penampilan Liam Lawson yang tak seperti prediksi dalam debutnya di RBR.
Saat itu muncul isu kalau kemungkinan besar Lawson akan diberhentikan dan Yuki Tsunoda akan promosi dari Racing Bulls, tim yunior Red Bull, menjadi rekan setim baru Verstappen.
Ternyata isu itu benar. Salah satu keputusan rapat di Abu Dhabi itu adalah menukar posisi Lawson dan Tsunoda. Lawson balik ke tim Racing Bulls yang tahun lalu ia perkuat sepanjang setengah musim, sedangkan Tsunoda promosi ke RBR dan resmi jadi pendamping Verstappen mulai dari GP Jepang pada 4-6 April mendatang.
Lawson harus kehilangan posisi hanya dalam dua seri balap F1 musim ini. Performanya di GP Australia dan GP China jauh dari harapan, baik di sesi kualifikasi maupun race.
Marko menyebut mobil besutan RBR tahun ini, RB21, memang sulit dikendalikan pembalap Selandia Baru itu. Ia tak meragukan talenta Lawson, karena itu Marko yakin driver berusia 23 tahun itu akan lebih bagus kembali ke Racing Bulls.
Sebelumnya Marko juga mengkritik kinerja RB21 di China dimana Verstappen gagal meraih podium, hanya finish P4.
"Jika begini terus maka Red Bull bisa kehilangan Max (Verstappen) di akhir tahun ini," tegasnya.
Dan, yang mengagetkan, Marko juga mengakui perdorma RB21 kurang greget karena mobil ini tak lagi terkena sentuhan Adrian Newey sang desainer legendaris yang tahun ini gabung bersama tim Aston Martin.
Tapi, pernyataan Marko itu dibantah oleh Team Principal RBR Christian Horner meski mereka sama-sama dalam rapat di Abu Dhabi. Kegagalan Lawson lolos dari Q1 dalam tiga kali kualifikasi di Australia dan China, katanya, lebih karena kesulitan Lawson mengenali karakter mobilnya.
"Tim sudah membangun beberapa variasi setingan mobil untuk menyesuaikan dengan driving style-nya," tandas Horner.
Ia pun membantah lemahnya mobil RBR tahun ini terdampak oleh kepergian Newey.
"Kami punya banyak teknisi hebat dalam tim ini. Benar bahwa kami masih harus berjuang dalam pengembangan mobil dan itu hanya soal waktu," imbuhnya.
Horner mengambil contoh kenapa ia optimistis bisa mengembangkan RB21. Saat melakukan pergantian ban di GP China, Verstappen tertinggal 18 detik dari Lando Norris (McLaren) yang menjadi juara. Tapi, dengan jenis ban hard yang digunakan setelah pitstop, ternyata Verstappen mencapai finish dengan gap tinggal 16 detik.
"Artinya dengan ban berkompon keras kami sangat kompetitif. Mengapa kalah dengan ban soft dan medium, itulah yang menjadi pekerjaan rumah ke seri berikutnya."
Bukan kali ini saja Marko dan Horner berbeda pandangan. Siapa yang benar mungkin bisa terjawab oleh hasil yang dicapai duet baru Verstappen - Tsunoda di GP Jepang nanti. Terlebih oleh Tsunoda yang akan menjadi local hero Jepang di Sirkuit Suzuka. Apakah RB21 akan jadi mimpi buruk pula baginya? (r)