
mobilinanews (Jakarta) - Kalau kamu baru saja membeli mobil bekas dengan transmisi CVT, atau sudah punya tapi belum tahu cara merawatnya, kamu berada di tempat yang tepat. Transmisi CVT (Continuously Variable Transmission) memang punya kelebihan dari sisi kenyamanan dan efisiensi bahan bakar. Tapi, kalau salah perawatan — siap-siap keluar biaya besar buat perbaikannya.
Tenang, perawatan transmisi CVT sebenarnya gak ribet, asal tahu caranya dan disiplin menjaga kualitas oli serta beban kerja kendaraan. Yuk, simak panduan lengkapnya!
Berbeda dengan transmisi otomatis konvensional, CVT tidak menggunakan gigi percepatan dalam bentuk tradisional. Sistem ini mengandalkan dua puli dan sabuk baja (belt) yang bisa berubah diameter untuk menyesuaikan rasio gigi. Hasilnya? Perpindahan tenaga jadi sangat halus dan efisien.
Tapi ingat, kerja puli dan belt sangat tergantung pada kualitas oli transmisi. Kalau oli sudah kotor atau terlalu panas, tekanan hidrolik bisa turun dan bikin sistem bermasalah. Inilah kenapa CVT butuh perhatian ekstra.
Menurut Sugito, pemilik bengkel spesialis Honda Camp Pramuka di Matraman, Jakarta Timur, ada beberapa hal utama yang harus dilakukan agar transmisi CVT mobil tetap awet — terutama untuk mobil bekas yang sebelumnya mungkin belum dirawat dengan baik.
Kunci utama perawatan CVT adalah menjaga kualitas oli transmisi. Untuk mobil bekas, jangan menunggu terlalu lama untuk ganti oli. Interval aman penggantian oli transmisi CVT:
Setiap 40.000 km untuk penggunaan normal
Setiap 20.000 km jika sering menempuh rute padat, tanjakan, atau mobilitas tinggi
Kenapa lebih cepat? Karena penggantian yang lebih sering membantu menjaga tekanan hidrolik, memastikan puli dan belt bekerja dengan baik tanpa slip atau aus dini.
Jangan cuma fokus ke olinya, filter oli transmisi CVT juga harus diganti secara berkala. Idealnya setiap 80.000 km. Filter ini berfungsi menyaring kotoran dari sirkulasi oli.
Kalau filter tidak diganti, bisa terjadi penyumbatan di solenoid — komponen yang mengatur tekanan hidrolik di sistem transmisi. Akibatnya, perpindahan rasio gigi jadi tidak optimal dan transmisi bisa terasa "ngadat".
CVT bukan untuk balapan atau angkut barang berat. Transmisi ini didesain untuk kenyamanan dan efisiensi, bukan untuk medan berat atau performa ekstrem.
Hindari kebiasaan seperti:
Akselerasi spontan terus-menerus
Bawa muatan berlebihan
Menanjak tanpa perhitungan
Digeber di kecepatan tinggi terus menerus
"Beban torsi berlebihan bisa membuat oli transmisi panas dan mempercepat kerusakan komponen internal," jelas Sugito.
Oli transmisi CVT bisa menjadi terlalu panas jika dipaksa bekerja keras terus menerus. Suhu tinggi mempercepat penurunan kualitas oli dan membuat puli serta belt lebih cepat aus.
Jika mobil sering digunakan di rute tanjakan atau jalanan padat, pertimbangkan memasang oil cooler tambahan untuk CVT, terutama pada mobil-mobil kecil atau LCGC yang tidak punya sistem pendinginan khusus.
Mobil bekas punya sejarah pemakaian yang belum tentu diketahui secara lengkap. Untuk transmisi CVT, sebaiknya lakukan pengecekan awal di bengkel spesialis:
Cek kondisi oli transmisi (warna, kekentalan, bau terbakar)
Scan ECU untuk melihat ada tidaknya error pada sistem CVT
Tes performa saat mobil melaju (jika ada slip atau lonjakan RPM abnormal)
Transmisi CVT memang nyaman, tapi bukan berarti bebas masalah. Mobil bekas dengan transmisi CVT bisa tetap awet dan andal, asal kamu rajin merawatnya. Jangan tunggu rusak dulu baru panik, karena biaya servis transmisi CVT bisa mencapai puluhan juta rupiah kalau sudah parah.
Mulai dari ganti oli tepat waktu, jaga suhu kerja, hingga hindari beban berlebih — semua itu akan membuat CVT kamu tetap sehat hingga bertahun-tahun ke depan.
Jadi, kalau kamu baru saja beli mobil bekas dengan CVT, jangan ragu rawat dari sekarang ya. Karena merawat lebih murah daripada memperbaiki!