mobilinanews (Bahrain) - Dua pemegang gelar F1, Max Verstappen dan Lewis Hamilton, belum juga berada pada zona kompetitif di awal musim 2025. Verstappen di sela kesibukan GP Bahrain bahkan bilang bukan kandidat peraih gelar tahun ini.
Ini kali kesekian Verstappen mengeluhkan performa RB21. Pole sitter dan kemenangan di GP Jepang menurutnya diraih karena faktor keajaiban. Tidak sepenuhnya karena keandalan mobil, karena ia merasa mobilnya masih tetap kalah bagus dari MCL39 milik McLaren.
Terakhir, di Bahrain ia hanya menduduki posisi tercepat ke-6 di bawah para pembalap McLaren, Mercedes dan Ferrari. Ia kalah hampir 0,6 detik dari Oscar Piastri yang meraih pole position. Jelas, posisi macam itu bukanlah keinginan juara dunia 4 kali itu.
Maka isu kepergian pembalap Belanda itu dari Red Bull Racing (RBR) pun semakin santer. Sejak awal musim Mercedes dan Aston Martin disebut-sebut tim yang aktif memburu Verstappen. Tapi, ada isu terbaru bahwa Ferrari pun masuk destinasi berikutnya. Bukan karena pemburuan Ferrari, tapi karena keinginan Verstappen sendiri. Ia disebut akan gantikan Hamilton.
Isu tersebut dengan analisis yang logis dihembuskan mantan petinggi tim Red Bull Racing, Richards Hopkins, kepada Prime Casino dan dikutip talksport.
Meski Verstappen terikat kontrak sampai musim 2028, menurut Hopkins ada klausul Verstappen boleh putuskan kontrak di tengah jalan jika mobilnya tak lagi bersaing dalam perwbutan gelar atau berada di luar 3 Besar klasemen.
Di sisi lain, Hamilton belum juga merasa nyaman di Ferrari dan beberapa kali ia sebut pensiun adalah opsi terbaik jika dalam usianya masuk 41 tahun memang tak lagi kompetitif, apalagi jika iankalah terus dari rekan setim Charles Leclerc.
"Jika Lewis putuskqn pensiun maka itu adalah pintu masuk buat Max," ucap Richards yang jabatan terakhirnya di RBR sebagai kepala operasional tim.
Aston Martin saat ini menurut Hopkins bukan lagi destinasi istimewa buat Max meski di tubuh tim itu ada figur Adrian Newey, desainer kondang yang berperan penting dalam sukses Verstappen meraih 4 gelar F1 berturut pada 2021-2024.
"Aston Martin sanggup dan siap membayar Max berapa saja. Tapi, Max tak lagi membutuhkan itu," tegas Hopkins.
Mercedes, katanya, dengan duet George Russell dan Andrea Kimi Antonelli, sepertinya tak perlu perubahan skuad jika keduanya konsisten sampai akhir tahun.
Ferrari, tegas Hopkins adalah tim legendaris F1 yang menjadi tujuan sebagian besar pembalap profesional. Kebesaran seorang pembalap F1 sepertinya belum sah jika tak pernah memperkuat tim The Prancing Horse itu. Menurut Hopkins, hal itu juga bisa ada dalam benak Verstappen.
"Ini bukan soal uang. Ini soal legacy, soal perjalanan sejarah di F1. Meraih tambahan gelar bersama Ferrari adalah reputasi tersendiri dan itulah harapan Lewis saat pindah dari Mercedes," imbuh Hopkins.
Analisa itu tampaknya benar. Menjadi juara dunia bersama Ferrari adalah impian mayoritas pembalap F1. Dua pendahulu Hamilton di era F1 modern adalah Michael Schumacher dan Sebastian Vettel.
Schumi meninggalkan tim Benetton Ford usai meraih 2 gelar meski saat itu Ferrari terpuruk. Ia berjuang 4 tahun sampai akhirnya sukses meraih 5 gelar berturut di tim Merah.
Vettel meninggalkan tim Red Bull Racing usai meraih 4 gelar dunia. Sedangkan Hamilton meninggalkan Mercedes setelah meraih 7 gelar dunia. Semua perpindahan itu bukan soal uang. Seperti kata Hopkins, ini soal warisan karir dan sejarah masing-masing.
Verstappen sendiri berulangkali menegaskan ia akan tinggalkan Red Bull jika tak lagi merasa nyaman. Ia tak pernah sebut akan hijrah ke tim mana. Dan, seperti analisa Hopkins, bisa saja menuju Ferrari dengan alasan sama dengan Schumi, Vettel ataupun Hamilton. (r)