Menembus Zaman Tanpa Lelah Sejarah Bus ALS dan Tujuh Saudagar Mandailing yang Membangun Legenda Jalanan

Sabtu, 17/05/2025 11:10 WIB | Ade Nugroho
Menembus Zaman Tanpa Lelah Sejarah Bus ALS dan Tujuh Saudagar Mandailing yang Membangun Legenda Jalanan
Menembus Zaman Tanpa Lelah Sejarah Bus ALS dan Tujuh Saudagar Mandailing yang Membangun Legenda Jalanan

mobilinanews (Medan) - Di tengah gemuruh modernisasi transportasi darat yang semakin digempur oleh pesawat murah dan kereta cepat nama bus ALS atau Antar Lintas Sumatera tetap berdiri kokoh sebagai legenda jalanan Indonesia. Lahir dari tangan tujuh saudagar asal Sumatera Utara bus ini tidak hanya menjadi angkutan tapi simbol perjuangan panjang dan ketangguhan transportasi darat lintas pulau

ALS bukan sekadar nama perusahaan otobus. Ia adalah bagian dari denyut kehidupan masyarakat yang merantau dari Sumatera menuju Pulau Jawa atau sebaliknya. Warna hijaunya yang khas menjadi pemandangan ikonik di berbagai terminal lintas provinsi. Dikenal tangguh dan bersahaja bus ALS tetap eksis di era ketika banyak PO lain mulai kehilangan arah

Sejarah ALS dimulai pada 29 September 1966 di Kotanopan sebuah kecamatan kecil di Kabupaten Mandailing Natal Sumatera Utara. Pendiriannya digagas oleh tujuh bersaudara dari keluarga saudagar lokal yang dipimpin oleh Haji Sati Lubis. Awalnya bus ALS hanya digunakan untuk mengangkut hasil bumi dari pedalaman Madina ke kota-kota besar

Namun kebutuhan masyarakat akan moda transportasi yang terjangkau perlahan mengubah arah bisnis mereka. Dari sekadar pengangkut barang bus ALS mulai melayani rute penumpang Kotanopan ke Medan dan sebaliknya. Jalur darat ini terus berkembang mengikuti permintaan masyarakat

Kemudian ALS memperluas jangkauannya ke wilayah Bukittinggi Sumatera Barat. Letak geografis Kabupaten Mandailing Natal yang berbatasan langsung dengan Sumbar menjadikan ekspansi ini logis sekaligus strategis. Ketika jumlah perantau semakin banyak dan kebutuhan mobilitas meningkat ALS menangkap peluang ini dengan cepat

Tahun 1972 menjadi momentum penting. Bus ALS membuka trayek ke kota-kota besar di seluruh Sumatera seperti Banda Aceh Padang Pekanbaru Jambi Bengkulu Palembang hingga Bandar Lampung. Tidak berhenti di sana ALS kemudian mulai menyeberang ke Pulau Jawa. Perjalanan darat lintas pulau yang ditempuh selama berhari-hari justru menjadi identitas dan daya tarik tersendiri

Meski menempuh jarak jauh dan waktu yang panjang banyak masyarakat tetap setia menggunakan ALS. Tarif yang lebih terjangkau dibandingkan pesawat serta kapasitas angkut barang yang besar menjadi alasan utama. ALS pun dijuluki "Raja Paket" karena kemampuan membawa banyak barang di bagian atap bus

Pada masa kejayaannya sekitar tahun 1995 ALS mengoperasikan sekitar 155 unit armada. Mayoritas menggunakan sasis Mercedes-Benz yang terkenal kuat dan tahan banting untuk jalur lintas Sumatera yang penuh tantangan. Bus-bus ALS juga memiliki kode nomor unik pada bagian pintunya sebagai identifikasi rute dan jadwal

Namun dalam perjalanannya ALS juga menghadapi berbagai tragedi yang menyayat hati. Salah satu insiden terbaru terjadi pada Selasa 6 Mei 2025 di Padang Panjang Sumatera Barat. Sebuah bus ALS bernomor polisi B 7512 FGA mengalami kecelakaan tragis dan terguling di pinggir jalan. Sebanyak 12 nyawa melayang dalam kecelakaan tersebut. Duka mendalam menyelimuti keluarga korban dan menjadi pengingat bahwa keselamatan tetap menjadi prioritas utama dalam dunia transportasi

Meski begitu popularitas ALS tak pernah luntur. Di tengah gempuran zaman dan persaingan dengan moda transportasi yang lebih cepat dan modern ALS tetap memiliki tempat di hati masyarakat. Terutama bagi mereka yang berasal dari Sumatera dan hendak pulang kampung dengan membawa barang dalam jumlah banyak

Keberadaan ALS hari ini bukan sekadar soal transportasi. Ini adalah cerita panjang tentang kerja keras warisan keluarga dan ketahanan bisnis lokal yang berhasil menembus zaman. Dalam era digitalisasi dan kecepatan ALS tetap melaju dengan napas tradisional yang hangat dan penuh cerita

Bagi para pembaca dewasa terutama yang berasal dari Sumatera atau pernah naik ALS nama ini mungkin menyimpan nostalgia tersendiri. Tentang perjalanan panjang melewati hutan perkebunan hingga laut lepas. Tentang cerita orang tua yang merantau dan kembali naik ALS. Dan tentang bagaimana sebuah bus bisa menjadi bagian dari identitas dan kenangan puluhan tahun

ALS bukan sekadar kendaraan. Ia adalah simbol bahwa dengan ketekunan dan keberanian tujuh saudagar kecil dari Mandailing Natal bisa menciptakan jaringan transportasi raksasa yang masih berdiri tegak hingga hari ini.