Nissan Pertimbangkan Jual Kantor Pusat Rp11 Triliun Demi Bertahan Hidup

Kamis, 29/05/2025 10:10 WIB | Ade Nugroho
Nissan Pertimbangkan Jual Kantor Pusat Rp11 Triliun Demi Bertahan Hidup
Nissan Pertimbangkan Jual Kantor Pusat Rp11 Triliun Demi Bertahan Hidup

mobilinanews (Jakarta) - Langkah mengejutkan datang dari salah satu produsen mobil paling berpengaruh di dunia. Nissan Motor Co., Ltd., perusahaan otomotif asal Jepang yang telah berdiri lebih dari delapan dekade, dikabarkan tengah mempertimbangkan untuk menjual kantor pusat globalnya di Yokohama demi menjaga kelangsungan bisnis. Aset prestisius yang dibangun dengan investasi besar ini kini menjadi simbol dari langkah-langkah ekstrem yang diambil perusahaan untuk bertahan dalam badai industri otomotif yang terus berubah.

Menurut laporan dari Nikkei Asia, gedung utama yang berdiri megah di distrik Minato-Mirai 21 ini diperkirakan bernilai lebih dari 100 miliar yen, atau setara dengan 700 juta dolar AS, sekitar Rp11 triliun. Meski belum secara eksplisit disebutkan oleh CEO baru Nissan, Ivan Espinosa, kantor pusat tersebut termasuk dalam daftar aset yang sedang dikaji untuk dijual sebelum akhir Maret 2026.

Langkah Drastis di Tengah Tekanan Global

Keputusan ini mencerminkan betapa beratnya tekanan finansial yang dihadapi Nissan. Setelah bertahun-tahun menghadapi penurunan penjualan, ketatnya persaingan global, dan tantangan dalam transisi ke kendaraan listrik, perusahaan ini kini mencari berbagai cara untuk mengurangi beban biaya. Termasuk menjual aset-aset besar yang sebelumnya dianggap tak tersentuh.

Espinosa menyatakan bahwa penjualan aset merupakan bagian dari strategi restrukturisasi jangka menengah. Meskipun dia tidak menyebutkan secara langsung kantor pusat sebagai salah satu aset yang akan dilepas, laporan dari NHK dan media lain di Jepang memperkuat dugaan bahwa bangunan ikonik itu memang masuk dalam daftar.

Menariknya, jika gedung tersebut benar-benar dijual, Nissan kemungkinan besar tetap akan menempatinya dengan sistem sewa dari pemilik baru. Model jual-sewa balik ini pernah dilakukan McLaren beberapa tahun lalu di kantor pusatnya di Woking, Inggris, sebagai upaya meredam tekanan utang.

Dari Simbol Kejayaan Menjadi Beban Operasional

Nissan memindahkan kantor pusatnya dari Tokyo ke Yokohama pada 2009 sebagai bagian dari rencana restrukturisasi besar-besaran yang dilakukan di era Carlos Ghosn. Gedung ini awalnya dibangun untuk memperkuat citra Nissan sebagai perusahaan global dengan visi masa depan. Namun, dalam kondisi sekarang, aset besar tersebut justru menjadi beban yang perlu dikaji ulang.

Keputusan menjual kantor pusat juga menandai pergeseran dalam prioritas bisnis. Kini, efisiensi biaya dan keberlanjutan keuangan menjadi hal utama. Nissan tampaknya ingin melepaskan diri dari simbol-simbol masa lalu untuk membangun ulang masa depan.

Manuver Aliansi dan Penguatan Kolaborasi

Selain dari sisi aset, Nissan juga bergerak cepat memperkuat kolaborasi dengan mitra strategis. Melalui aliansi Renault-Nissan-Mitsubishi, perusahaan mulai memanfaatkan efisiensi pengembangan bersama. Beberapa model mendatang, seperti Nissan Micra yang berbagi basis dengan Renault 5, menjadi contoh konkret kolaborasi ini.

Lebih jauh lagi, Nissan juga membuka pintu kerja sama dengan Dongfeng, mitranya di Cina. Beberapa pabrik yang menganggur akibat penurunan produksi akan dimanfaatkan untuk merakit mobil Dongfeng, demi menjaga arus kas dan utilisasi aset.

Peluang atau Sinyal Bahaya?

Langkah Nissan menjual kantor pusat dapat dilihat sebagai sinyal peringatan, tapi juga peluang. Perusahaan ingin lebih gesit dan ramping dalam menghadapi era mobil listrik dan digitalisasi. Dengan beban lebih ringan, Nissan bisa mengalokasikan dana ke riset, inovasi, dan peluncuran produk baru yang lebih relevan di pasar masa depan.

Namun, keputusan ini juga mengundang pertanyaan serius tentang kesehatan jangka panjang perusahaan. Apakah Nissan mampu beradaptasi cukup cepat? Apakah langkah-langkah pemangkasan ini cukup untuk membalikkan keadaan?