Motor Listrik Kian Sepi Peminat! Penjualan Anjlok di 2025, Ini 6 Fakta Pahit di Baliknya

Kamis, 19/06/2025 14:30 WIB | Ade Nugroho
Motor Listrik Kian Sepi Peminat! Penjualan Anjlok di 2025, Ini 6 Fakta Pahit di Baliknya
Motor Listrik Kian Sepi Peminat! Penjualan Anjlok di 2025, Ini 6 Fakta Pahit di Baliknya

mobilinanews (Jakarta) - Harapan besar terhadap motor listrik sebagai solusi mobilitas ramah lingkungan kini seperti kehilangan daya. Setelah sempat booming, penjualan motor listrik di Indonesia justru anjlok drastis di tahun 2025. Apa yang sebenarnya sedang terjadi?

Alih-alih menjadi primadona baru jalanan, motor listrik kini makin ditinggalkan. Padahal, insentif pemerintah dan kampanye kendaraan hijau sempat membuat tren ini melesat. Tapi sekarang, showroom sepi, stok menumpuk, dan konsumen memilih menunggu. Berikut 6 penyebab utama mengapa motor listrik makin sulit laku, meski sempat jadi primadona.

1. Ketidakpastian Subsidi: Konsumen Jadi Galau

Salah satu pemicu utama turunnya penjualan motor listrik adalah ketidakpastian soal kelanjutan subsidi pemerintah. Pada 2024, pembeli motor listrik mendapat subsidi Rp7 juta per unit. Tapi di 2025, tidak ada kepastian kapan subsidi kembali cair.

Budi Setyadi, Ketua Aismoli (Asosiasi Sepeda Motor Listrik Indonesia), mengatakan ribuan unit motor kini mengendap di diler karena masyarakat memilih wait and see. Meski pemerintah menyatakan subsidi tetap berjalan, proses administratif dan legalnya belum rampung hingga pertengahan tahun ini.

2. Harga Masih Terasa Mahal: Subsidi Saja Tak Cukup

Harga motor listrik belum bersahabat dengan kantong masyarakat umum. Meskipun sudah disubsidi, sebagian besar motor listrik masih dibanderol antara Rp13 juta sampai Rp70 juta.

Diskon tambahan dari produsen pun sering kali tak signifikan. Seperti kata Tekno Wibowo dari Polytron, mereka hanya bisa memberi potongan Rp5 juta. Artinya, tanpa kejelasan subsidi pemerintah, harga motor listrik tetap terasa “premium” dibanding motor konvensional sekelasnya.

3. Minimnya SPKLU: Bikin Orang Takut Jarak Tempuh

Apa gunanya punya motor canggih kalau takut kehabisan daya di tengah jalan? Inilah kekhawatiran mayoritas calon pengguna motor listrik: stasiun pengisian daya (SPKLU) masih langka dan tidak merata.

Bahkan di kota besar, SPKLU sering bermasalah: rusak, antre panjang, atau butuh waktu lama untuk isi daya. Di daerah, lebih parah lagi—pengisian daya bisa jadi mimpi buruk. Belum ada ekosistem yang membuat pemilik motor listrik merasa aman bepergian jauh.

4. Edukasi dan Sosialisasi Masih Lemah

Banyak masyarakat masih ragu dan belum paham manfaat motor listrik. Mulai dari biaya operasional yang lebih murah, perawatan yang minim, hingga kontribusi terhadap lingkungan—semua itu masih belum tersampaikan dengan baik.

Ditambah lagi, informasi simpang siur dan mitos—seperti motor listrik tidak kuat tanjakan atau mudah rusak—masih banyak dipercaya. Sosialisasi lewat media dan event nyata masih sangat dibutuhkan untuk menghapus stigma dan ketakutan.

5. Motor Konvensional Masih Dominan: Jaringan dan Harga Tak Tertandingi

Motor bensin seperti Honda Beat atau Yamaha Mio tetap jadi raja jalanan. Kenapa? Harganya lebih terjangkau, modelnya banyak, dan aftersales-nya kuat. Servis gampang, spare part murah, dan jaringan bengkel luas.

Sementara motor listrik, walau teknologinya keren, belum bisa menyamai kenyamanan itu. Banyak konsumen masih menganggap motor bensin sebagai pilihan yang lebih aman dan praktis.

6. Pilihan Model Terlalu Sedikit: Tak Ada yang “Klik” di Hati

Selera konsumen Indonesia sangat beragam—ada yang suka sporty, ada yang suka retro, ada yang suka simpel. Tapi model motor listrik yang tersedia masih itu-itu saja. Kurang bervariasi, kurang menggoda.

Kalau produsen ingin bersaing serius, mereka harus mulai menawarkan desain yang menarik, fitur inovatif, dan performa yang bisa menantang motor bensin.

Solusi? Inilah Langkah Strategis yang Bisa Bangkitkan Pasar Motor Listrik

Jika ingin mengembalikan gairah pasar motor listrik, maka langkah kolektif dari pemerintah, produsen, dan masyarakat wajib dilakukan. Apa saja?

Subsidi Jelas dan Konsisten
Penurunan Harga Produksi
Perluasan Infrastruktur Pengisian Daya
Sosialisasi Massal dan Edukasi Terstruktur
Inovasi Model dan Desain
Skema Kredit dan Pembiayaan Ringan

Akhir Kata: Motor Listrik Bisa Bangkit, Asal Serius

Penurunan ini bukan akhir dari segalanya. Motor listrik tetap punya masa depan cerah—asalkan semua pihak mau bekerja sama dan konsisten. Jangan biarkan teknologi ramah lingkungan ini hanya jadi tren sesaat.