mobilinanews (Jakarta) - Michelin secara global dan perwakilannya di berbagai negara, terus berupaya untuk mengembangkan ban dari material yang ramah lingkungan dan memiliki aspek keberlanjutan, seperti menggunakan kembali bahan daur ulang untuk menghasilkan ban baru.
Berkaitan dengan penggunaan bahan daur ulang, saat ini Michelin telah menjalankan dengan presentasi penggunaan bahan daur ulang dari ban yang sudah tidak digunakan sebesar 30%.
Head of Public Affairs and Press Relation of Michelin Indonesia, Kartika Susanti mengatakan pemakaian bahan daur ulang itu, bukan berarti recycling ban yang lama menjadi ban baru, tetapi menggunakan chemical yang terkandung dalam ban yang dudah tidak terpakai.
"Untuk sekarang 30 % dari komponen ban menggunakan bahan daur ulang. Jadi ban yang sudah diakhir umurnya itu, prosesnya dipotong-potong dipisahkan dari kasing dan kawatnya, kemudian chemicalnya, yang diolah di ekstrak diambil carbon blacknya dan oil sebagai material pendukung. Performanya tetap seperti ban baru," kata Kartika, beberapa waktu lalu.
Dengan langkah maju ini, Michelin menargetakan dapat menggunakan bahan daur ulang 100 % dalam pembuatan ban baru pada tahun 2050 mendatang. Hal ini beriringan dengan fokusnya untuk mencapai target Zero emission-nya.
Tak hanya menggunakan bahan daur ulang, Ban-ban baru Michelin dibuat dengan karet alam yang diproduksi dari perkebunan karet alam yang memiliki konsep keberlanjutan yang ramah dengan lingkungan.
Berkaitan dengan kualitas ban daur ulang, Customer Engineering Support Michelin Indonesia, Mochammad Fachrul Rozi menjelaskan bahwa kualitas ban daur ulang sama dengan ban yang diproduksi secara normal.
"Sebenrnya ban daur ulang dan yang normal sama. Karena ketika didaur ulang bukan bannya, yang didaur ulang. Tetapi material-material suporternya seperti Carbon black yang dipakai. Bahan utamanya tetap karet," terangnya. (Elk)