mobilinanews – Selama setahun terakhir ternyata laba Rolls-Royce menurun drastis, seiring menurunnya pesanan mesin pesawat melambat dan merendahnya harga pelumas, sehingga diakui sangat mempengaruhi resiko kelanjutan perusahaan.
Untuk itu perusahaan asal Inggris ini berkeinginan akan melakukan langkah penghematan sebesar £200 juta atau sekitar Rp 4,1 triliun (nilai kurs Rp 20.700). Langkah penghematan ini akan dilakukan pelalui PHK, khususnya untuk kalangan senior manager. Sebagaimana dikutip dari BBC, Selasa (24/11), perihal ini dikemukakan langsung oleh Warren East selaku chief executive dari Rolls-Royce.
“Saya belum tahu berapa jumlah karyawan yang akan diberhentikan,” kata Warren East. Sedianya pengumuman akan hal ini baru akan diumumkan pada bulan Februari 2016.
Melalui penghematan super ketat ini, Rolls-Royce memprediksi pada tahun 2016 mendatang, nilai laba mereka akan lebih rendah sekitar £650 juta atau sekitar Rp 13,455 triliun.
Perusahaan asal Inggris, mengemukakan pendapatan mereka £5,7 miliar atau sekitar 117,99 triliun, dimana 75% dihasilkan dari ekspor. Angka ini sekitar 2% dari total ekspor dari Inggris. Hal ini juga yang kabarnya membuat pemerintah Inggris bersedia turun tangan untuk membantu penghematan biaya riset dan pengembangan, dengan nilai dukungan sekitar £33 juta atau sekitar 683,1 miliar.
Meskipun diterpa kondisi keuangan yang kurang sehat, pihak Rolls-Royce menegaskan perusahaan mereka secara fundamental masih kuat.
Rolls-Royce perusahaan multi nasional di Inggris yang saat ini punya lebih dari 21.000 karyawan di Inggris, 9.000 di antaranya bekerja sebagai engineer. Selain memproduksi mobil mewah, bisnis Rolls-Royce juga di bidang perawatan mesin pesawat, serta mesin kapal selam untuk kebutuhan pelumas dan bahan bakar.