mobilinanews (Jakarta) - Bukan dunia bisnis dan industri otomotif Indonesia saja yang kehilangan sosok Subronto Laras. Komunitas motorsport, tenis dan sepeda pun sama. Sedih.
Mas Yonto, begitu para pelaku olahraga bermotor Indonesia memanggil almarhum, memang meninggalkan banyak kesan dan kenangan.
Kesan itu berhamburan sesaat setelah almarhum berpulang pada Rabu (20/9/2023) malam sekira pukul 20.00 WIB di RS Medistra Jakarta, jelang usia 80 tahun.
Datang dari komunitas otomotif, tenis dan sepeda di mana almarhum aktif dan punya peran signifikan dalam perjalanan hidupnya.
Banyak kesan dan kenangan diungkap. Salah satunya dari Indradjit Sardjono, tokoh rally yang meski beda sedikit generasi dengan alm Mas Yonto, namun sangat deket dengn almarhum.
Tulisan singkat. Tapi, cukup memberikan gambaran betapa almarhum memang layak menjadi teladan generasi penerusnya.
Mas Yonto dalam kenangan
Tahun 1989, penulis tidak ikut Rally di Medan, akan tetapi menonton bersama istri yang sedang hamil.
Pada salah satu SS (Special Stage) ketemu dengan Mas Yonto. Hujan mulai turun rintik, Mas Yonto berkorban meminjamkan payungnya kepada istri saya.
Tahun 1991, mas Yonto diminta oleh Tommy Soeharto menjadi Ketua I IMI yang membawahi permasalahan Touring dan Administrasi. Beliau pada waktu tersebut adalah CEO INDOMOBIL GROUP.
Mas Yonto masih aktif di Rally, tapi sudah berhenti balap motor. Di tahun yang sama, Mas Yonto menjadi Ketua I di IMI, saya menjadi Ketua 2 yang bertanggung jawab atas olahraga dan tehnik di PP IMI.
Karena pengalamannya di dalam managing perusahaan, beliau diminta menjadi Ketua Organizing Committee Rally Indonesia dan selalu membuka rapat steward meeting pertama di dalam Rally.
Saat itu pada 1992, pertama saya menjadi Pimpinan Perlombaan di FIA ASIA PACIFIC RALLY CHAMPIONSHIP, tentu saya jauh lebih muda, penuh idealisme dan taat aturan.
Sedangkan mas Yonto sudah dewasa dan matang dalam pengalaman memanage dan banyak sekali timbul kesalahpahaman antara almarhum dengan saya.
Bahkan sampai ditulis ke dalam media tabloid Otomotif, saya terlalu agressive menentang Mas Yonto yang kaya dengan pengalaman.
Walaupun demikian, Mas Yonto selalu tersenyum dan hangat didalam berbicara dengan penulis, tetap berbaik hati dan tetap berkirim salam di waktu ulang tahun dan hari Raya Lebaran.
Dalam aktivitas business, lagi-lagi penulis dan alm Mas Yonto bersinggungan secara sengit. Penulis membantu pengembangan industri mobil Timor di Indonesia, sedangkan Mas Yonto adalah CEO INDOMOBIL GROUP.
Mas Yonto tidak pernah ada perubahan sikap : tetap ramah, baik dan selalu menyapa entah telpon atau sekarang sekarang ini melalui WA.
Terakhir di bulan April 2023 pada waktu buka puasa bersama di Balai Sarwono, mas Yanto hadir seperti biasa selalu senyum kepada siapapun.
Tapi saya kaget melihat kondisinya yang lemah, di mana biasanya Mas Yonto kelihatan selalu gagah. Penulis tanya kepada sahabat Mas Yonto dan juga teman Rallynya, Anthony Budi ternyata mas Yonto sudah tidak sehat selama beberapa bulan.
Tadi malam sekitar jam 20.15 WIB mendengar kabar Mas Yonto berpulang kepangkuan ALLAH SWT, tidak terasa air mata menitik dari mata.
Maafkan saya Mas Yonto atas tindak tanduk terhadap Mas Yonto.
Mas Yonto, orang yang sangat baik dan bijaksana. Semoga almarhum husnul khotimah dan keluarga yang ditinggalkan diberikan kekuatan serta ketabahan. (Indradjit Sardjono)
Ya, almarhum memang seorang teladan. Dalam banyak hal. Karirnya sebagai pebisnis dan sebagai organisator tak ada yang meragukan.
Bersyukurlah, semua keteladanan itu terdokumentasi dalam bentuk video di youtube yang ditinggalkan dan didedikasikan almarhum kepada generasi penerus bangsa ini.
Sebuah warisan yang akan abadi lewat kanal ini: https://images.app.goo.gl/beXjq9SwzthnhFD56, yang dibuat bisnis.com di mana almarhum Mas Yonto juga tumbuh menjadi seorang tokoh pers Indonesia. Tips singkat, hanya 4 Olah, tapi itulah cara almarhum meraih sukses.
Ride In Peace, Mas Yonto! (rn)