mobilinanews (Jakarta) - Persoalan venue balap PON di sirkuit Bukit Puesar, Tasikmalaya, Jawa Barat ternyata tak hanya sirkuit habis dioverlay yang memungkinkan lintasan menjadi rusak karena aspal mengelupas dan meleleh.
Tetapi, muncul persoalan lain yakni rumour tentang tim balap daerah lain tidak boleh mencoba sirkuit dimaksud. “Tapi, tim balap motor PON Jawa Barat leluasa memakai sirkuit tersebut. Nah, itu kan tidak fair namanya. Apalagi kabarnya ada beberapa perubahan pada lintasan itu,” ujar Irwan Ardiansyah, pebalap motor senior dari Yogyakarta.
Belum dimulai saja, tindakan tidak sportif sudah dilancarkan. Dian –panggilan Irwan tidak asal bicara. Dia berbicara sambil menunjukkan foto para anggota tim balap motor PON Jawa Barat tengah melakukan selfie dengan latar belakang sirkuit Bukit Puesar.
Itu tidak akan terjadi bila balap motor PON dilangsungkan di sirkuit Sentul kecil. Karena semua pihak mengakses ke sana. Dan sudah terbukti waktu dilakukan Pra-PON pada November lalu berlangsung lancar dan zero accident. Dan yang utama lagi, Sentul adalah bagian Jawa Barat juga.
“Yang nanti bakal jadi masalah ketika berlangsung balap motor PON. Pasalnya, hari biasa macet untuk masuk akses ke sirkuit karena memang jalannya sempit. Nah bagaimana nanti saat PON? Juga, kalau accident pebalap di sirkuit lalu harus dibawa ke rumah sakit dengan ambulance?,” ungkap M Fadly, pelatih tim DKI.
Proses hingga akhirnya dari sirkuit Subang pindah ke sirkuit Bukit Puesar, Tasikmalaya banyak yang tidak paham. Karena kepanitiaannya lebih banyak didominasi oleh orang Jawa Barat.
Sebetulnya sudah pernah disampaikan kepada PP IMI melalui Kabid Olahraga dan Sekjen, bahwasannya tehnical delegate harus personal bidang balap motor dari PP IMI. Tetapi ditolak dan PP IMI tetap mempercayakan Frans Tanujaya sebagai tehnical delegate dengan alasan Frans dari Jawa Barat. (budsan)