F1 Australia 2020: Kisruh Soal Duit dan Pembatalan Race, Siapa Yang Harus Ganti Rugi?

mobilinanews (Australia) - Pembatalan GP Australia yang diputuskan hanya 2 jam sebelum sesi Free Practice akhirnya dicurigai sebagai taktik untuk menyelamatkan duit ratusan juta USD. Dugaan konspirasi ternyata bukan asal cuap.
Cash is the king! Uang adalah segalanya, seperti ungkapan Lewis Hamilton soal pemaksaan hajat GP Australia di tengah darurat global soal Covid-19.
Dan, itu juga yang melatarbelakangi soal kenapa putusan resmi pembatalan ditunda-tunda.
Sejak Rabu atau Kamis sebenarnya sudah layak memberhentikan event ini begitu terkuak kasus demi kasus virus Corona di Melbourne, yang antara lain juga menimpa kru tim F1.
Jawabannya adalah duit, duit, duit!
Seperti tulisan terdahulu, ada klausul kontrak bahwa dalam kondisi force majeure maka penyelenggara lokal tak perlu membayar promoter fee kepada pemilik event F1 Liberty Media asalkan pembatalan itu berlangsung sebelum sesi scrutineering (tradisinya pada Kamis sore-malam.
Ketika GP Australia dibatalkan FIA atas rekomendasi Liberty pada 2 jam sebelum FP1 (Jumat 13/3 pagi) maka klausul tersebut tak berlaku.
Artinya, pihak Australian Grand Prix Corporation (AGPC) tetap harus membayar promotor fee dan bertanggungjawab atas semua konsekuensi keuangan.
Pada titik inilah dugaan konspirasi muncul sehingga FIA dan promotor seperti menunda-nunda pembatalan.
Selesai?
Malah semakin ribet, cui! Pasalnya, pihak AGPC bisa berkelit. Bahwa ada juga kesepakatan kontrak bahwa pihak yang membatalkan race akan menjadi pihak yang menanggung kerugian dalam situasi bukan darurat.
Dan, CEO AGPC Andrew Westacott menyebut penyelenggara F1 dan FIA adalah pihak yang membatalkan hajatan mereka.
Ia bisa berdalih keadaan masih terkontrol dan bisa menjalankan kewajiban sebagai penyelenggara lokal. Sejak awal, AGPC memang ngotot menggelar Grand Prix meski isu Corona sudah menjalar kemana-mana.
AGPC sendiri sudah menyatakan akan mengembalikan semua uang hasil penjualan tiket karena itu memang uang penonton.
Lantas siapa yang harus membayar semua biaya yang sudah keluar, saat segala sesuatunya sudah tertata jelang balapan? Itu yang masih menjadi persoalan serius antara Liberty dengan AGPC.
CEO Liberty Media Chase Carey mengakui ada masalah keuangan yang belum selesai tanpa menegaskan apakah itu soal promoter fee atau tidak.
Ia lebih suka membicarakan arah kompetisi F1 berikutnya yang serba tak pasti setidaknya sampai Juni mendatang, terlebih karena seri terdekat GP Bahrain dan Vietnam juga dibatalkan.
Westacott juga menyatakan hal sama. Lewat rilis AGPC, ia mengatakan, "Belum ada penyelesaian konsekuensi pembatalan."
Dikutip dari ESPN, AGPC setiap tahunnya mengeluarkan dana 115 juta dolar Australia (sekitar Rp 1 trliun) untuk menggelar sirkus F1 di Melbourne. Sebanyak 60 juta dolar Australia berasal dari pemerintah lokal dan sisanya AGPC. (rnp)