mobilinanews
Home »

Tekanan Angin Yang Tidak Dikontrol Bisa Pacu Ban Mudah Pecah

Minggu, 21/06/2020 23:20 WIB
Tekanan Angin Yang Tidak Dikontrol Bisa Pacu Ban Mudah Pecah
Champiro SX2, andal untuk harian dan jago di atas lintasan balap

mobilinanews (Jakarta) - Si bundar dari karet alias ban jadi salah satu faktor kunci keselamatan berkendara.

Maka itu, selain harus menjaga kualitas, pemilik kendaraan harus paham spesifikasi ban yang digunakan.  

Nah bagaimana kita bisa mengetahuinya? 

On Vehicle Test PT Gajah Tunggal Tbk, Zulpata Zainal, menjelaskan indikator batas kecepatan maksimum pada ban, umumnya tertera pada dinding ban, dengan diberikan kode huruf abjad. 

"Semua informasi itu, termasuk indikator batas kecepatan maksimum, ada di dinding ban. Biasanya ditandai dengan huruf abjad yang tertera di belakang 2 angka load index," ungkap Zulpata seperti dikutip dari Kumparan.

Lebih lanjut, Zulpata menjelaskan setiap huruf abjad itu memiliki makna batas kecepatan yang berbeda-beda. Dimulai dari huruf B dengan batas kecepatan 50 km per jam, hingga huruf Y dengan batas kecepatan maksimum di atas 300 km per jam. 

Dengan kode indeks batas kecepatan yang berbeda-beda itu, Zulpata menyarankan agar para pemilik mobil membeli ban sesuai dengan spesifikasi mobilnya. 

Biasanya, spesifikasi kode indeks ban yang direkomendasikan untuk setiap mobil, dapat dilihat di buku manual mobil tersebut. 

Namun, mayoritas mobil-mobil harian, memiliki kode ban di bawah indeks H atau di bawah maksimum 210 km per jam. 

"Karena biasa kalau ban yang digunakan di sirkuit untuk balap, punya batas kecepatan minimal H 210 km per jam, V 240 km per jam, atau W di atas 240 km per jam," jelas Zulpata. 
 
Jika membeli ban yang punya indeks batas kecepatan tidak sesuai spesifikasi mobilnya, dikawatirkan dapat berakibat pada kenyamanan dan penurunan performa. 

"Ban pasti jadi panas, kemungkinan mobil akan kurang stabil, jadi misal kita pakai ban spesifikasi harian dengan batas kecepatan di bawah 210 km per jam, lalu kita sering paksakan pakai di sirkuit, pasti akan terasa limbung, kurang stabil, dan di tikungan bisa jadi understeer, daya pengereman juga berkurang," ungkap Zulpata. 

Meski begitu, Zulpata menampik hal tersebut bisa berakibat fatal seperti ban yang jadi meledak. 

Menurut figur yang telah puluhan tahun berkecimpung dengan ban ini, banyak faktor bisa mempengaruhi ban meledak, tidak hanya semata-mata karena memaksakan memacu ban di atas indeks batas kecepatan maksimum. 

"Karena berdasarkan pengetesan kami untuk high speed test, itu ban akan dijalankan dengan kecepatan yang terus meningkat oleh sebuah mesin. Jadi perlu waktu berhari-hari sampai akhirnya pecah. Jadi kalau hanya beberapa menit dan kecepatannya tidak konstan, saya rasa tidak akan sampai pecah," beber Zulpata.
 
Salah satu faktor yang bisa memicu ban menjadi mudah pecah, kata Zulpata, yakni tekanan angin ban yang sering kurang atau tidak sesuai spesifikasi. 

Tekanan angin ban dinilai memiliki peranan sangat penting dalam menjaga kualitas sebuah ban. (lila)

About Us | Our Team | Careers | Pedoman Siber | Disclaimer

© 2017 mobilinanews.com All Right Reserved
frodo