mobilinanews
Home »

IEE Series 2024 : Engineering Week Jadi Wadah Bagi Sektor Utama untuk Mendorong Keberlanjutan Industri

Kamis, 12/09/2024 20:30 WIB
IEE Series 2024 : Engineering Week Jadi Wadah Bagi Sektor Utama untuk Mendorong Keberlanjutan Industri
Gelaran Engineering Week pada rangkaian Energy & Engineering Series 2024 menunjukkan komitmennya dalam memajukan keberlanjutan industri

mobilinanews (Jakarta) - Gelaran Engineering Week pada rangkaian Energy & Engineering Series 2024 menunjukkan komitmennya dalam memajukan keberlanjutan industri dengan menyediakan platform diskusi dan diseminasi informasi bagi berbagai sektor utama, seperti sektor tambang, konstruksi dan pembangunan, pengecoran logam, serta industri minyak dan gas.

Dihadirkan selama 4 hari pada 11-14 September 2024 di JIExpo Kemayoran, gelaran ini menghadirkan berbagai forum secara hybrid, mendatangkan berbagai narasumber baik dari pemangku kebijakan, akademisi, maupun pelaku industri dan perwakilan asosiasi.

Beberapa diantaranya adalah Engineering Forum untuk sektor tambang dan konstruksi jalan, GIFA-METEC Tech Talk, Construction Talk, Mining Talk, Heavy Equipment Professional Summit, OGI (Oil & Gas Talk) Tech-Talk, BIM (Building Information Modeling) Talk, hingga Drone Talkshow untuk keamanan industri.

Pada Engineering Forum yang diselenggarakan oleh Asosiasi Jasa Pertambangan Indonesia (ASPINDO), platform ini mengangkat topik “Reliable Decarbonization and Energy Efficiency in Mining”, dimana berusaha menyatukan berbagai pemikiran untuk mendorong industri pertambangan Indonesia ke arah yang lebih berkelanjutan.

Bambang Tjahjono, selaku Direktur Eksekutif Indonesian Mining Services Association (IMSA-ASPINDO), menyoroti topik langkah-langkah strategis untuk mencapai dekarbonisasi pada sektor pertambangan, inovasi teknologi untuk peningkatan efisiensi operasional, serta penggunaan energi atau bahan bakar terbarukan.

“Dalam rangka mengurangi emisi karbon, kita juga harus mempertimbangkan biaya operasional, karena biaya bahan bakar hampir menggunakan 30-40% dari total biaya produksi. Namun, usaha pemerintah dalam menerapkan kebijakan biodiesel merupakan suatu solusi dengan mempertimbangkan ketersediaan bahan mentah di Indonesia, yaitu sawit,” ucap beliau.

Riesta Anggarani [Ketua Kelompok Bahan Bakar dan Aviasi, Pusat Penelitian LEMIGAS] pada sesi yang sama juga menyoroti kesuksesan usaha Indonesia menjadi negara pertama di dunia yang berhasil mengaplikasikan campuran bio-diesel dengan minyak diesel, hingga saat ini sudah mengaplikasikan B35 sebagai alternatif bahan bakar lebih ramah lingkungan.

“Keuntungan dari penggunaan kelapa sawit sebagai bahan bio-diesel di Indonesia salah satunya adalah menjamin keamanan energi. Dalam perhitungannya, apabila sukses menerapkan B35, maka 35% kebutuhan bahan bakar dapat dipasok langsung dari dalam negeri, dan mengurangi 35% angka impor solar. Kesuksesan penerapan bio-diesel ini juga akan menguntungkan industri pertambangan ramah lingkungan secara jangka panjang, karena biaya operasional terbesar di industri tambang terletak di konsumsi bahan bakarnya,” papar Riesta Anggarani dari LEMIGAS, selaku lembaga yang bertanggung jawab untuk melaksanakan hal teknis terkait penerapan bio-diesel di lapangan.

Pembicara lain yang hadir pun turut menyoroti pentingnya dekarbonisasi, penggunaan energi terbarukan, serta efisiensi emisi karbon.

Di sesi Engineering Forum yang dilaksanakan secara bersamaan, mengangkat topik “Sustainability Road Construction Technologies”, Pembina Jasa Konstruksi Ahli Madya - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat turut menyatakan pentingnya program berkelanjutan pada bidang konstruksi, atau lebih dikenal dengan konsep “green construction”.

“Salah satu program kementerian PUPR adalah Jalan Hijau Indonesia (Green Road Construction), sebuah gerakan berkelanjutan yang mencita-citakan terciptanya konstruksi jalan dan pemakaian produk konstruksi ramah lingkungan, efisiensi energi dan sumber daya, serta pembiayaan yang rendah,” papar beliau.

Narasumber lain yang hadir pada sesi ini, baik itu dari PT Sakai Sales & Services Asia, dan juga PT Indotruck Utama, juga menyampaikan visinya terkait inovasi teknologi baru yang mereka bawa untuk mencapai “green construction” tersebut.

Beberapa teknologi yang disorot misalnya adalah IRBCAE (In-place Recycling Base by Cement and Asphalt Emulsion) yang dapat mengurangi rasio keretakan aspal untuk jangka panjang sehingga bisa menekan biaya, ataupun teknologi bahan bakar Hidrogen pada berbagai peralatan yang digunakan oleh PT Indotruck Utama.

Mereka memaparkan berbagai strategi untuk mencapai target pengurangan emisi CO2 sebesar 50% dari operasional dan juga 30% dari penggunaan produk, termasuk salah satunya dengan menerapkan kendaraan elektrik sebanyak 35%.

Setelah pembahasan mengenai sektor tambang dan juga sektor konstruksi jalan pada hari pertamanya, IEE Series 2024 - Engineering Week di hari keduanya juga menghadirkan wadah diskusi di bidang konstruksi bangunan melalui Construction Talk dengan topik “AI-Driven Asset Management with BIM: Sustainable Building Design and Development with BIM” dan menghadirkan Building Information Modeling (BIM) Manager dari Nuanu City, Bali.

Pada sesi GIFA METEC Tech Talk dengan tajuk “Collaborative Strategies between government and private sector in Advancing the National Foundry, Metallurgy, and Iron and Steel Industry”, beliau memaparkan bahwa industri manufaktur dan industri metalurgi memiliki inovasi teknologi melalui green-steel, dimana baja tersebut akan mengikat oksigen pada proses disebut dengan hydrogen-based-metallurgy, sehingga tidak akan mencemari lingkungan.

“Indonesia memiliki target menjadi negara industri tangguh pada 2035. Untuk bisa mencapai Indonesia Tangguh 2035, kita perlu juga mendorong penguasaan pengetahuan dan produksi material logam dalam negeri. Jangan sampai kita terus menerus impor, karena kita sudah mendorong kebijakan hilirisasi. Kita harus bisa menghasilkan logam yang berumur panjang dan berkekuatan tinggi (High-Performance Alloys), dan makin kompleks materinya. Ini pentingnya kerjasama dengan berbagai pihak, baik itu pemerintah, akademisi maupun pelaku industri,” terang beliau.

Salah satu exhibitor dari pameran Oil & Gas Indonesia pada IEE Series 2024 - Engineering Week, pun menyatakan pendapat serupa untuk memajukan visi meningkatkan kemampuan lokal industri Indonesia. “Kami menyelaraskan kegiatan kami selaras dengan kebijakan pemerintah untuk meningkatkan konten lokal pada produksi kami, karena itu kami membangun pabrik kami supaya bisa melakukan aktivitas fabrikasi ataupun manufacturing secara lokal. Kami sudah memiliki 30% TKDN, dan kami menargetkan dapat mencapai 40% TKDN dalam 3-4 tahun ke depan. Namun kami butuh berkembang sejalan dengan perkembangan ekosistem di Indonesia juga. Dan kami mengapreasiasi atas terselenggaranya IEE Series 2024 ini, karena bisa mendapati banyak teknologi baru di sini, baik dari exhibitor dari sektor lain maupun dari internasional.” papar Rudiyanto Wijaya, selaku Managing Director dari PT Fluid Science Dynamics Indonesia, perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi Dry Gas Seal dan jasa Refurbishment di Indonesia. (Arf) 

About Us | Our Team | Careers | Pedoman Siber | Disclaimer

© 2017 mobilinanews.com All Right Reserved
vps.indonews.id