mobilinanews

Arie Awan ( PR Manager Toyota Astra Motor) : Kategori Master di Kelas ITCR 1200 ISSOM Terkesan Dipaksakan

Sabtu, 02/03/2024 14:18 WIB
Arie Awan ( PR Manager Toyota Astra Motor) : Kategori Master di Kelas ITCR 1200 ISSOM Terkesan Dipaksakan
Arie Awan, Public Relation Manager Toyota Astra Motor dan All New Agya GR Sport yang menjadi andalan Toyota Gazoo Racing Indonesia di kelas ITCR 1200 Kejurnas balap mobil ISSOM di sirkuit Sentul Bogor. (foto : bs)

mobilinanews (Bogor) - Dibukanya kategori Master di Kelas ITCR 1200, menimbulkan sedikit riak. Pihak Toyota Gazoo Racing Indonesia (TGRI) merasa ini by desain untuk memfasilitasi kepentingan pihak atau tim tertentu.

Namun Ketua Komisi Balap Mobil IMI Pusat Arief "Ato" Budiarto menampik hal itu. Komunitas balap mobil pun terbelah suaranya.

Begitu benang merah yang bisa ditarik dari perbincangan dengan beberapa pihak terkait dibukanya kategori Master di kelas ITCR 1200 yang notabene selama ini dikenal merupakan kelas pembibitan dan penjenjangan pembalap pemula.   

“Kami sangat concern dengan kondisi balap mobil ISSOM belakangan ini. Berbagai aturan dibuat seakan untuk memfasilitasi kepentingan pihak atau tim tertentu. Kondisi ini sangat tidak baik untuk dunia balap Indonesia,” ujar Arie Awan, PR Manager Toyota Astra Motor selaku Team Principal TGRI.

“Kelas ITCR 1200 pada awalnya untuk pembibitan pembalap muda dan pemula guna mencari pengalaman, tiba-tiba tahun ini muncul Kategori  Master. Dan, terlihat hanya 1 pembalap saja yang joint di sana. Tentu ini patut jadi pertanyaan. Ada apa ini? Kenapa pembalap Master hanya bertarung sendirian? Apa tidak malu? Kasian pembalapnya,” lanjut Awan. 

“Balap nasional harusnya bisa memfasilitasi seluruh stakeholder yang ada, agar balapan menarik, fair dan menjunjung tinggi sportifitas. Dengan begitu akan memacu semakin banyak orang tertarik turun di arena balap," imbuhnya.

Dengan adanya kejadian ini, tambah Awan, orang akan melihat balapan ISSOM diselimuti kepentingan tertentu. Ini sangat disayangkan.

"Kejadian ini bisa membuat brand brand besar enggan ikut berpartisipasi di ajang balap mobil karena janggalnya peraturan yang ada.”

“Mungkin bisa dicontohkan, Kejurnas Slalom Autokhana, Kejurnas Rally atau Kelas Eshark Dapur Cokelat Touring Championship (di ISSOM) yang regulasinya clear, profesional dan bisa menyatukan visi semua stakeholder, sehingga pesertanya semakin banyak dan meriah. Ini sekadar masukan untuk ISSOM,” beber Arie Awan.

Jika kejanggalan ini terus berlangsung, imbuh Awan, mungkin memang saatnya TGRI mengevaluasi keikutsertaan dari ISSOM di musim musim mendatang, dan fokus di balapan international.

"Ini situasi yang tidak kami harapkan. Karena kami ingin sama sama membangun dunia balap nasional dan mencetak pembalap muda berprestasi. Tapi, jika harapan itu tidak ada (Di Kejurnas Balap Mobil), ya mungkin salah satu cara mengalihkan ke kejuaraan internasional saja. Sangat disayangkan sebenarnya, berarti balap nasional sudah tidak bisa dipercaya,” pungkas Arie Awan.

 Tidak Fasilitasi Tim Tertentu

Ketika diminta konfirmasi terkait adanya polemik kategori Master di kelas ITCR 1200, Arief Budiarto selaku Ketua Komisi Balap Mobil IMI Pusat membuka suara dan berani bersumpah jika tidak ada interest kepada salah satu pihak atau tim atas adanya kategori Master di ITCR 1200.

"Demi Tuhan, tidak benar jika kategori Master di ITCR 1200 untuk memfasilitasi tim tertentu. Jadi, sampai akhirnya diputuskan di Rakernas IMI, 15-16 Januari lalu, alasan utama memberikan kesempatan para pembalap yang setelah mentok di kategori Seeded B (Rising Star), namun kurang mampu naik level kelas ITCR 1500, karena harga mobilnya bisa 2 kali lipat, tetap bisa balap," terang Ato, sapaan akrabnya. 

Lebih lanjut Ato menambahkan, jeda waktu pengesahan di Rakernas IMI menuju round 1 ISSOM 2024 memang relatif singkat.

"Dan mungkin salah saya, kurang sosialisasikan kepada pembalap maupun tim-tim. Jika ternyata hanya ada 1 pembalap di Master, saya juga nggak tahu. Tapi menurut saya, ukurannya tentu nanti, mungkin di seri 3 kok yakin para pembalap yang telah memiliki mobil Agya dan Brio tapi selama ini nggak bisa balap, bakal turun di Master ITCR 1200," ungkap Ato.

Bahkan kalau mau jujur, imbuh Ato, regulasi ini justru menguntungkan TGRI. "Kalau misalnya Jordan atau Amato juara nasional ITCR 1200 Seeded B, larinya kan ke Seeded A. Jadi ada wadahnya. Karena TGRI tidak turun di ITCR 1500," Ato mencoba menjelaskan. 

Kenapa Baru Sekarang?

Rio SB, salah satu pembalap mobil senior andalan Rizqy Motorsport mengaku bisa memahami apa yang dirasakan TGRI.

"Mungkin, menurut pendapat saya pribadi loh ini, menyangkut persoalan publikasi. Meski Jordan atau Amato menjadi juara seri atau nasional ITCR 1200 Rising Star, namun kan kemungkinan secara balapan tetap Honda (Avila) yang di depan karena Master dan Rising Star ada perbedaan, terutama pada pengalaman dan skill pembalap Master tentu lebih unggul," ungkap Rio SB.

Rio SB juga mempertanyakan, kenapa baru sekarang Master di ITCR 1200 dirilis. Kenapa tidak sejak awal diKejurnaskan ITCR 1200 dimasukkan. Jadi ada Promotion, Rising Star dan Master.  

Meski begitu, Rio SB yang sukses menyabet juara umum Porsche Sprint Challenge Indonesia di Pertamina Mandalika International Circuit, Lombok, NTB, akhir Januari lalu, juga bisa memahami alasan yang disampaikan Ketua Komisi Balap Mobil.

"Bagus saja sih, jika ITCR 1200 meski dikenal sebagai kelas pembibitan, ada kategori Master. Karena memang tidak semua pembalap mampu jika harus bertarung di level atasnya, kelas ITCR 1500. Terkait biaya yang lebih mahal. Kita lihat nanti di seri 2 atau 3, ada pembalap lain nggak di kategori Master," lanjut pembalap yang musim ini bakal turun di ITCR 1500 Master dan Eshark Dapur Cokelat Touring Championship.

Tiga Kategori Juara Nasional

Dari kacamata Jimmy Lukita, pembalap gaek yang musim lalu sempat turun balap sekali karena lebih banyak mempersiapkan balapan untuk Gerhard Lukita, sang anak, menyampaikan pendapatnya.

"Kalau saya sih, dengan alasan menampung atau memberi wadah para pembalap senior yang tidak mampu jika harus balapan di level kelas di atasnya ya bagus. Tapi, sejauh mana efektivitasnya, ya perlu kita lihat ke depan. Ini kan baru seri pertama, dan saya rasa sosialisasi juga sangat kurang," ujar Jimluk, sapaan karibnya.

Toh, tiga kategori di kelas ITCR 1200 tersebut dipisahkan juaranya, tidak ada kejuaraan Overall. "Bakal ada juara nasional Promotion, Rising Star dan Master. Yang nantinya berhak menerima IMI Award yang biasanya diadakan di akhir tahun oleh IMI Pusat. Itu sih pendapat saya," tutup Jimluk. (tim)   

  

About Us | Our Team | Careers | Pedoman Siber | Disclaimer

© 2017 mobilinanews.com All Right Reserved
frodo