mobilinanews (Belanda) - Semakin banyak fans yang bilang balapan F1 semakin membosankan. Saat sama, gelegar MotoGP semakin riuh dan acap sajikan duel sengit dan saling salip dari awal sampai finish.
Komposisi juaranya sangat berbeda musim ini. Sembilan seri F1 2019 hanya dimenangkan 3 pembalap berbeda dari dua konstruktor. Enam kemenangan oleh Lewis Hamilton, 2 oleh Valtteri Bottas, yang keduanya driver Mercedes. Delapan kemenangan beruntun itu membuat penonton mulai ogah beli tiket mahal.
FIA dan FOM bahkan sempat menggelar rapat darurat agar F1 tetap menarik minat penonton. Untung putaran ke-9 di GP Austria suasana berbeda. Max Verstappen (Red Bull) sukses memutus serial kemenangan Mercedes. Tapi, percayalah, mulai GP Inggris mendatang diprediksi dominasi Mercedes akan datang lagi, bikin bosan lagi.
Bandingkan dengan MotoGP. Dalam 8 seri awal 2019 telah menghadirkan 5 orang juara (Andrea Dovizioso, Marc Marquez, Alex Rins, Danilo Petrucci, Maverick Vinales) dari 4 pabrikan berbeda (Ducati, Honda, Suzuki, Yamaha). Sangat beda dengan musim lalu yang hanya antara Honda dan Ducati. Dan, kontras dengan tahun-tehun sebelumnya yang hanya bicara soal rivalitas Honda dan Yamaha.
Marquez dan Dovi mengakui tahun ini persaingan memang lebih merata. Bukan sesama tim pabrikan, tapi perlawanan keras juga datang dari para pembalap satelit yang menggeber motor pabrikan seperti Fabio Quartararo (Petronas Yamaha) dan Jack Miller (Pramac Ducati).
"Ini justru bagus buat fans," ujar Marquez yang adrenalinnya selalu melonjak di tengah gemuruh penonton.
Dorna Sports bersama FIM sebagai regulator jelas sudah sukses membuat peraturan teknis yang memungkinkan banyak tim bersaing. Itu yang membuat peran pembalap semakin nyata. Meraih juara tak semata karena keunggulan motor, tapi sejauh mana si pembalap mampu beradaptasi dengan motornya, seberapa besar fighting spirit dan nyalinya berlaga, dan seberapa bagus skill-nya. Jorge Lorenzo adalah contoh nyata untuk hal itu, masih terpuruk di atas Honda RC213V yang dianggap motor terbaik saat ini.
Masih ada 11 seri balap di depan. Rivalitas yang terbangun pastinya tak kendur, sebaliknya makin menyala. Bisa jadi masih akan banyak kejutan. Salah satunya dari Fabio Quartararo, pembalap rookie berumur 20 tahun yang tampil aduhai sepanjang musim ini. Perlawanan gigihnya terhadap Marquez dan Vinales di GP Belanda menjadi referensi, bahwa ia hanya tinggal menunggu waktu meraih kemenangan perdana di MotoGP. Ia tampil super di Belanda meski harus menahan rasa sakit karena baru usai operasi urat yang ngilu di lengannya.
"Saya harus konsumsi obat penahan sakit sebelum balapan. Ini balapan luar biasa, terlebih saat bertahan dari gempuran Marc dan Maverick," katanya.
Menarik menunggu kejutan Quartararo berikutnya. Mungkin di Sachsenring, Brno, San marino atau Aragon. (rnp)