mobilinanews (Jakarta) - Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kemenhub, Budi Setiyadi menjelaskan bahwa Indonesia memang kekurangan bahkan krisis pengemudi angkutan darat seperti pengemudi truk dan pengemudi angkutan barang.
Tak hanya krisis dari sisi kualitas tapi juga kuantitas. Hal ini sering juga menjadi variabel yang layak dipertimbangkan terkait dengan seringnya truk dan bus mengalami kecelakaan dan menjadi biang kecelakaan lalu lintas.
"SDM untuk transportasi umum darat atau pengemudi bus dan angkutan barang ini kita memang kekurangan dari sisi kualitas dan kuantitas," kata Budi Setiyadi dalam diskusi Forum Wartawan Otomotif bertajuk "Road to Zero, ODOL Trucks On the roads", Kamis (3/10) di Dhonika Cafe, Jakarta Selatan.
"Bicara kualitas, jika dibandingkan dengan moda transportasi lain seperti laut, udara, dan kereta api, moda transportasi darat ini nggak terlalu seberuntung yang 3 moda lainnya. Pengemudi lain katakanlah profesi pilot, nakhoda, masinis, itu lahir dari sekolah, tapi kalau untuk pengemudi angkutan darat seperti supir truk dan bus itu lahir dari belajar otodidak. Ada yang dari kenek, belajar maju mundur udah bagus, terus jadi pengemudi," lanjut Budi.
Budi memberi contoh betapa sulitnya pengusaha moda transportasi darat dalam mencari pengemudi yang berkualitas. "Saya sering berdiskusi dengan beberapa operator besar mereka sulit mendapatkan pengemudi. Nambah investasi mobil bisnya dan truknya, tapi nggak segera ada yang daftar jadi pengemudi," bebernya.
Tak hanya itu, selama ini pihak Dirjen Perhubungan Darat sebenarnya sudah sering menggelar pelatihan safety driving untuk para pengemudi bus dan truk, hanya saja tidak efektif.
"Kita sudah lakukan semacam pelatihan safety riding baik kerjasama dengan APM serta dengan kepolisian. Dan dari kuantitas pengemudinya (peserta) nggak seimbang, yang kita didik 100 orang padahal mereka ada 1000 misalnya. Jadi belum terlalu menjangkau keseluruhan," tutup Budi. (adr)