mobilinanews (Jakarta) - Selalu penuh warna. Itu yang mengiringi karier balap Rafid Topan Sucipto, 25 tahun, anak Tanjung Priok, Jakarta Utara itu.
Teranyar, meski tak berhasil menjadi juara umum kelas Expert kejurnas balap motor Oneprix Championship, namun namanya menjadi trending topic dengan kemenangan 2 race pada putaran 5 di sirkuit Gelora Bung Tomo Surabaya, 10 November lalu.
Namun kali ini, Rafid Topan yang tinggal di kawasan Sentul, Kabupaten Bogor, Jawa Barat mau menyampaikan berita baru terkait dirinya.
"Saya lagi dinego oleh Provinsi Papua untuk tampil di PON 2020," ujar Rafid Topan kepada mobilinanews.
Nah, surprise bukan? Tapi pertanyaannya, apakah masih bisa? Bukannya penentuan pembalap setiap IMI Provinsi telah ditutup berbarengan dengan pelaksanaan kualifikasi PON pertengahan September lalu di Sentul International Circuit, Bogor?
"Saya melalui jalur wild card. Papua kan tuan rumah PON tahun depan, dengan venue di Merauke. Jadi regulasi baru, tuan rumah boleh menyusulkan nama pembalap wild cardnya," lanjut Rafid Topan yang selalu menyumbangkan medali emas pada 2 PON terakhir untuk IMI Provinsi DKI.
Menurut Rafid Topan, saat ini masih melakukan negosiasi terkait cuan. "Saya minta Rp 400 juta untuk persiapan hingga saya meraih medali emas di PON nanti. Bonusnya sendiri dijanjikan Rp 1,5 miliar kalau mendapat medali emas," lanjut Rafid Topan.
Tapi, soal bonus, Rafid Topan nggak mau kecolongan lagi. "Saya tahu, bonus 1,5 miliar itu pasti tidak semua saya terima, karena dibagi dengan tim, mekanik dan yang lain. Kalau mendapat separohnya saja, sudah bagus. Makanya, saya mau bikin surat perjanjian bermaterei," tutur Rafid Topan.
Menurut Rafid Topan, dia pernah mengalami kejadian tidak mengenakkan, saat meraih medali emas pada PON Jawa Barat 2016. Berhasil menyabet sekeping emas dari nomor perorangan dan medali perak beregu, itung-itungannya mendapat bonus Rp 1,3 miliar.
"Tapi, saya hanya menerima Rp 160 juta. Padahal, saya berharap minimal Rp 600 juta. Saya nggak tahu kenapa cuma segitu. Bukan karena diambil IMI DKI atau KONIDA, tapi ternyata atlet lain yang mendapat medali emas dapatnya juga segitu," terang Rafid Topan.
By the way, kenapa kok tidak memperkuat tim PON DKI Jakarta, malah nego dengan Papua? Wah, kalau yang ini, bisa panjang angle tulisannya. So, nanti kita tulis di edisi tersendiri saja aja ya, gaess. (bs)